DUA pasang mata mengintai mangsa di sebuah bus kota. Perhatian pria-pria yang berencana jahat itu tertuju kepada perempuan muda berhijab yang tengah bergelantungan. Itulah sasaran empuk untuk sebuah aksi penodongan.
Sehingga terjadilah suatu pemandangan mencengangkan, penodong pertama langsung tumbang bagai dihajar oleh Mike Tyson. Gadis yang disangka rapuh itu malah menghadiahi bogem mentah tepat di rahangnya.
Tak mau malu muka, penodong lainnya bergerak hendak turut menyerang. Akan tetapi tendangan gadis itu lebih dulu menghajar ulu hatinya. Pria malang itu pun terkulai lemas.
Kesimpulannya, mereka betul-betul salah memilih lawan. Perempuan yang terlihat mangsa rapuh rupanya punya kemampuan berkelas.
Apresiasi Islam terhadap ketangguhan perempuan terukir jelas dalam berbagai episode kegemilangan. Bahkan di sejumlah medan tempur pun para muslimah turut hadir. Bukan sekadar ikut-ikutan, tetapi mereka mengambil bagian dalam urusan logistik, paramedis bahkan turut menjelma sebagai prajurit gagah perkasa.
Perang Yarmuk adalah medan sejarah yang mengagumkan. Karena kemenangan spektakuler itu diraih ketika pasukan muslimin berhadapan dengan kerajaan Romawi, sang adidaya dunia. Padahal perang berkecamuk dengan sangat tidak imbang, jumlah pasukan Islam 36 ribu, sedangkan kekuatan pasukan Romawi 240 ribu.
Akibat derasnya tekanan musuh yang menang jumlah, sebagian prajurit muslim mulai melarikan diri.
Para muslimah yang bersiaga menyiapkan logistik dan medis di barisan belakang tidak ikut melarikan diri. Mereka memukuli atau melempari batu para prajurit yang berupaya kabur, dan menyuruh kembali ke medan perang.
Kejutannya adalah para muslimah tersebut kemudian maju ke barisan terdepan, ikut bertempur dengan trengginas. Prajurit Romawi yang terdiri dari pria-pria perkasa tidak memyangka akan berhadapan dengan perempuan yang dipandang makhluk lemah.
Dalam benak mereka, apa sih susahnya bagi para prajurit pria gagah perkasa mengalahkan perempuan rapuh berhijab. Namun tak disangka-sangka, para muslimah itulah ksatria-ksatria yang menjungkalkan kesombongan Romawi.
Yusuf Qardhawi dalam kitab Fikih Jihad (2010: 143) mengungkapkan, dalam kitab Sunannya Sa’id bin Manshur, sebagaimana Imam Thabrani dalam Mu’jam Kabirnya, meriwayatkan bahwa Asma binti Yazid al-Anshariyah mengikuti perang Yarmuk bersama sahabat-sahabat lain dan berhasil membunuh tujuh tentara Romawi. Malah menurut Imam Thabrani, wanita itu berhasil membunuh sembilan tentara Romawi dengan senjata tiang kayu perkemahan yang menaunginya.
Nah, sekarang perang tidak ada nih, apakah dengan demikian perempuan menjadi rapuh?
Jelas, bukan begitu cara membuat kesimpulannya.
Suami tidak dapat mengatakan istrinya rapuh hanya karena pernah mengeluhkan keadaan. Cobalah sehari saja mengambil peran yang selama ini dipikul istri, niscaya pengalaman tersebut akan menyadarkan suami betapa tegarnya sang istri melalui kehidupan yang kian pelik di era pandemi.
Anak tidak dapat menyebut air mata ibunya sebagai bukti kerapuhan. Sebab air mata itulah yang menjadi bingkai dari doa-doa tulusnya agar anak dapat meraih segala impian terindah.
Bukankah hanya perempuan yang mengemban amanah melahirkan anak-anak harapan peradaban.
Tidaklah mungkin mereka mampu dengan gemilang menunaikan amanah hamil dan melahirkan tersebut dengan bermodalkan mental yang rapuh.
Akhirnya, cara pandang terhadap perempuan tidak terlepas dari apa yang tersaji dalam suatu peradaban. Patutlah disayangkan jika ada film, sinetron, atau tayangan apapun yang menampilkan muslimah sebagai makhluk yang rapuh, yang hidupnya dirajam bullying pihak lain, dan hanya dapat berurai air mata tanpa daya.
Ini jelas bukan pandangan yang dibangun oleh Islam, yang terang-terangan mencetak perempuan-perempuan tangguh. Ketika resmi menyebut dirinya muslimah, seketika itu pula kerapuhan sirna dari kalbu mereka.
Selalu ada perempuan kuat di balik lelaki hebat, entah itu sebagai istri, ibu atau kekasih.
Kalau ingin membuktikan kelimat di atas, bacalah biografi pria-pria hebat di dunia ini. Maka kita akan temukan keberadaan perempuan kuat (bukan yang rapuh lho) yang mendukung pria-pria hebat sepenuh hatinya.
KOMENTAR ANDA