ADA dua pasang mata yang membuat perempuan muda itu tidak pernah nyaman di kantor. Sebetulnya suhu pendingin ruangan cukup membuat orang bagaikan membeku. Tetapi, begitu terkena pandangan dua pasang mata itu justru membuat dirinya merasa panas. Tubuhnya tidak enak, hatinya tidak nyaman.
Sepasang mata milik perempuan paruh baya itu memandang berkilat-kilat. Selain mulutnya yang pedas, sorot matanya pun menyeramkan, seperti mengirimkan panah-panah beracun. Rekan-rekan sekantor pernah mengingatkan bahwa wanita paruh baya itu pendengki.
Sepasang mata lainnya dari seorang lelaki yang murah senyum dan suka tertawa. Belakangan diketahui tawa lelaki itu bukanlah keramahan, tetapi malah mengandung ejekan. Dia tipe pendengki yang sulit dideteksi. Polahnya seperti kuda; mulutnya ketawa kakinya menyepak.
Namun, pandangan matanya terasa menusuk, seperti memancarkan jutaan jarum berbisa. Senyuman dan tawa tidak dapat menutupi kobaran dengki yang melalap hatinya.
Pada mulanya perempuan muda itu tidak begitu peduli. Dia memilih fokus kepada karirnya yang kian berkibar. Lagi pula, bukankah iri dengki itu jamak terjadi.
Belakangan dirinya merasakan ada yang aneh, tatapan mata itu membuat tubuhnya seperti dilanda penyakit aneh. Rasa tidak nyaman itu membuatnya makin cemas, karena dirinya lagi hamil pula.
“Itu penyakit ‘ain,” ungkap seorang ustad.
Penyakit ‘ain ini nonmedis, tetapi dampaknya nyata. Nabi Muhammad yang mengingatkannya agar berhati-hati. Bahkan beliau melakukan amalan tertentu supaya terhindar dari penyakit macam begini.
Bagaimana cara kerja penyakut ‘ain ini?
Ini bukanlah sejenis santet. Pendengki itu memandang dengan mata iri, lalu disanalah setan menunggangi pandangan jahatnya dengan menebarkan penyakit, yang bukan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman pada perasaan, tetapi juga menimpakan sakit di badan.
Bukankah salah seorang istri pesohor media mengaku dirinya keguguran diakibatkan penyakit ‘ain. Meski kabar ini tentunya perlu ditinjau ulang ya keabsahannya.
Terlepas dari benar tidaknya kabar itu, suatu yang pasti Rasulullah telah mengingatkan penyakit ‘ain memang nyata adanya dan juga terang-benderang dampak buruknya.
Akan tetapi itu bukan berarti kita takut ya! Sebagai muslim kita perlu lebih percaya diri menghadapi tantangan ini, karena toh di setiap penyakit tersedia obatnya.
Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam kitab Al-Lu'lu' wal Marjan #3 (2011: 93) menguraikan, hadis Aisyah, dia berkata, “Rasulullah memerintahkanku atau memerintahkan orang untuk meruqyah dari penyakit 'ain.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Ath-Thibb)
Penyakit 'ain adalah penyakit yang disebabkan 'ain, yaitu apabila seseorang melihat seseorang dengan kekaguman namun dibarengi dengan perasaan dengki, maka dia itu menimbulkan kemudaratan berdasarkan kebiasaan yang ditetapkan Allah.
Menarik sekali penjelasan di atas, karena kita pun diminta berhati-hati dengan pandangan mata yang takjub. Janganlah kita berbangga hati, karena boleh jadi pandangan takjub itu sudah ditunggangi kedengkian, yang dapat berujung penyakit ‘ain.
Tentunya menjadi lebih menarik lagi, dimana Nabi Muhammad telah memberikan cara pencegahan dan pengobatan dari penyakit ‘ain.
Raghib As-Sirjani dalam buku 354 Sunnah Nabi Sehari-hari (2019: 140) menerangkan, diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Adalah Rasulullah senantiasa memohon perlindungan dari keburukan jin dan penyakit 'ain dari manusia hingga turunlah Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas). Ketika dua surat tersebut turun, beliau mengambil keduanya dan meninggalkan yang lainnya. ‘Ain (hasad) adalah nyata dan ia dapat menimbulkan penyakit kepada seseorang sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “’Ain (mata hasad) adalah benar (adanya).”
Diriwayatkan dari Aisyah berkata, “Jika Rasulullah hendak menuju ranjangnya dia meniupkan di kedua telapak tangannya dengan qul huwa Allahu ahad dan Al-Mu’awwidzatain lalu mengusapkannya ke wajahnya dan seluruh anggota badannya yang dapat dijangkau kedua tangannya.” Aisyah berkata, “Ketika beliau merasakan sakit, ia menyuruhku untuk melakukan hal tersebut kepadanya.”
Amalan yang dilakukan Nabi Muhammad itu relatif mudah dikerjakan. Oleh sebab itu, umat Islam hendaknya makin percaya diri menghadapi penyakit ‘ain.
KOMENTAR ANDA