Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

DALAM Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "ambisius" diartikan sebagai "berkeinginan keras mencapai sesuatu (harapan, cita-cita); penuh ambisi".

Sedangkan kata "ambisi" mempunyai arti "Keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (seperti pangkat, kedudukan) atau melakukan sesuatu".

Tak heran pada kenyataannya, dalam kehidupan kita sehari-hari, sifat ambisius kerap diasosiasikan dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Padahal ambisius tidak selalu berkonotasi buruk.

Salah satunya adalah sifat ambisius yang dilekatkan pada perjuangan kita menjadi hamba yang istiqamah di tengah hiruk-pikuk zaman yang penuh fitnah ini.

Menjadi hamba Allah yang ambisius mengejar ridha Allah Swt. Tentu tak ada keburukan di dalamnya.

Karena siapa yang mengejar ridha Allah, maka ia pasti menghindari kecurangan, kebohongan, kesia-siaan, kejahatan, kemunafikan, dan kezaliman dalam setiap aspek kehidupannya.

Kita seringkali mendengar kalimat-kalimat motivasi tentang kesempatan yang tidak datang dua kali. Take it or leave it. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang menghampiri kita.

Menyoal kesempatan dalam hidup, kita mengetahui nasihat Rasulullah ini. "Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: (1) Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, (2) Masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang kematianmu."

Rasanya tak ada lagi kalimat motivasi yang lebih jleb dibandingkan nasihat Rasulullah di atas tentang urgensi waktu dan perintah untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan.

Ketika ada lowongan kerja di perusahaan multinasional, kita segera memasukkan CV, berlomba dengan ribuan pelamar lain. Berharap latar pendidikan formal dan informal serta pengalaman kerja selama ini bisa membuat kita terpilih.

Ketika ada lowongan beasiswa untuk belajar di perguruan tinggi di luar negeri, kita tak membuang waktu untuk mengisi formulir aplikasinya. Siapa tak ingin kuliah di universitas bergengsi sekaligus cas cis cus bahasa asing?

Pun ketika kita mempunyai kesempatan untuk berdaya secara ekonomi dengan menjadi enterpreneur, kita sigap bergerak. Mulai dari produksi hingga promosi, kita rela berkurang waktu istirahat demi mengejar impian: kebebasan finansial.

Dari contoh di atas, bukankah ketiganya adalah perwujudan dari sifat ambisius?

Sejatinya, kita tidak ingin menjadi manusia yang selalu "apa adanya", tetapi ingin menjadi manusia yang lebih baik. Tanpa ambisi (dalam pengertian positif), kita tidak akan memiliki semangat untuk hari esok yang lebih baik. Islam pun menegaskan bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin. Jika tidak, maka seorang Muslim akan merugi.

Maka mengapa kita tidak menjadi hamba Allah yang ambisius? Ambisius mengejar ridha Allah, rahmat Allah, ampunan Allah, dan surga Allah.

Mengapa hanya ambisius mengejar dunia namun melempem mengejar kenikmatan akhirat?

Abdurrahman bin Auf adalah sahabat Rasulullah yang luar biasa kaya dan luar biasa dermawan.

Abdullah bin Amr adalah sahabat Nabi Muhammad yang sangat giat beribadah sunah dan membaca Al-Quran. Seorang pemuda keturunan bangsawan yang menganggap kenikmatan dunia hal sepele dibandingkan ibadah wajib dan sunnah.

Abdullah bin Abbas, sahabat Rasul yang juga sepupu beliau, dikenal sebagai orang yang sangat giat menuntut ilmu. Ia berada di samping Rasulullah di kala salat maupun dalam perjalanan. Setelah Rasulullah wafat, Abdullah bin Abbas mendatangi para sahabat Nabi untuk terus berguru.

Itulah sifat ambisius yang dicontohkan sahabat Nabi Muhammad saw. dalam perkara mendekatkan diri kepada Allah.

Mari menghayati lima perkara sebelum perkara sembari mengingat bahwa ambisi dunia tidak akan ada habisnya sementara waktu kita di dunia pasti ada habisnya.

Wallahu a'lam bish-shawab.

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur