KOMENTAR

DESAINER Hannie Hananto selalu punya cara unik untuk menerjemahkan apa yang ada dalam benaknya ke dalam desain busana yang menyegarkan.

Dalam rangkaian closing ceremony MUFFEST+ 2022, Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC) Jakarta Chapter ini menghadirkan kritik sosial dalam koleksi busana bertajuk "Pasar" ke atas runway.

Berangkat dari kegelisahan para ibu di seluruh penjuru Indonesia tentang harga berbagai bahan kebutuhan pokok yang terus meroket, terutama minyak goreng, Hannie terinspirasi untuk membuat koleksi yang menggambarkan kreativitas sekaligus ketangguhan para perempuan untuk bertahan di situasi pandemi.

"Ini satu sindiran halus bahwa emak-emak itu penuh perjuangan dalam menjalani hidup," ungkap Hannie saat konferensi pers desainer di MUFFEST+ 2022 hari ketiga (23/4/2022).

Koleksi Hannie menggunakan warna-warna terang (bright colors) yang menandakan optimismenya menyongsong masa transisi endemi. Sebuah harapan bahwa kehidupan akan menggeliat kembali dan semua kesulitan akan berganti menjadi kesuksesan.

Dalam koleksi "Pasar", Hannie menawarkan oversized outer yang menjadi salah satu ciri khas rancangannya, tunik, juga casual dress.

Rancangan Hannie untuk MUFFEST+ 2022 ini hadir dalam warna-warna polos maupun print berupa sketsa hasil goresan tangan desainer juga karya dalam bentuk tiga dimensi berupa cabai, brokoli, hingga ikan yang melekat pada busana.

Berbagi pengalaman tentang bagaimana jurus bertahan selama dua tahun pandemi, Hannie mengaku ia terpaksa harus merumahkan sejumlah karyawannya.

"Dua tahun kemarin memang berat. Tapi sebagai fashion designer, saya harus tetap (melakukan) branding. Selama dua tahun selalu branding, meskipun fashion show dilakukan secara online," kenang Hannie.

Ketidakpastian selama pandemi dikarenakan masih terbatasnya pengetahuan seputar virus corona dan penanggulangannya, membuat pemerintah juga kerap membuat peraturan yang berubah-ubah. Misalnya saja soal penggunaan masker kain dan masker medis.

Pada tahun pertama pandemi (2020), Hannie giat membuat masker yang diakuinya terjual hingga ribuan. Kemudian ketika outer menjadi salah satu must have item di masa pandemi, ia mengambil kesempatan untuk memperoduksinya. Demikian pula dengan oversized tunik.

"Kami menyesuaikan dengan selera pasar, dan semua itu berkaitan dengan peraturan pemerintah," tambah Hannie.

Ia bersyukur saat ini pemerintah telah mengizinkan sejumlah kegiatan untuk pertama kali semenjak pandemi, termasuk perayaan hari raya dan mudik. Sebagai desainer, ia bisa bernapas lega karena sudah lebih leluasa dan bebas mencipta busana dalam berbagai model tanpa dibatasi peraturan terkait pandemi.

Hannie Hananto selama ini dikenal sebagai desainer dengan karya-karya yang out of the box, fun, ceria, dan unik.

Sebelumnya, ia pernah mengangkat tema "Jamu" pada Daegu International Fashion Culture 2019 di Korea dan "Eten" yang menggambarkan berbagai kuliner dalam Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019.

Hannie juga tak ragu berkolaborasi dengan kaum muda. Seperti karyanya bersama mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang menyatukan seni dan fesyen dalam bentuk desain abstrak pada Jakarta Fashion Trend 2022.




Jaya Suprana: Resital Pianis Tunanetra Ade “Wonder” Irawan Adalah Peristiwa Kemanusiaan

Sebelumnya

Kemitraan Strategis Accor dan tiket.com Perkuat Pasar Perhotelan Asia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel C&E