KOMENTAR

SETIDAKNYA, sudah 6 artis pesohor Bollywood yang mengakhiri kehidupannya, mati di tangannya sendiri, bukan karena diterkam virus. Dari penyelidikan aparat berwajib diketahui motif bunuh diri tidak terlepas dari beratnya krisis akibat pandemi, sedang mereka sepi job, dunia perfilman Bollywood yang demikian dahsyat pun sekarat.

Tidak perlu terlalu jauh melihat nun jauh ke India, karena di negara tercinta ini juga terhampar banyak tragedi yang menggambarkan betapa perihnya efek pandemi; ekonomi luluh-lantak, kehidupan carut-marut. Kemudian di Indonesia tercinta juga berserakan kisah-kisah pilu tentang mereka yang berputus asa dengan kehidupannya sendiri.

Sulit memang mencari kisah manis dari pandemi yang begini memedihkan, bagai sembilu menyayat kalbu. Akan tetapi kaum muslimin tengah berada di bulan suci, dimana Ramadhan ini mengajarkan kita untuk berani melihat hikmah di balik musibah, bukannya menabur cuka di atas duka.

Hakikat puasa adalah imsak, yang artinya menahan. Apa maksudnya ya?

Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Islam Aktual (1996: 140) menerangkan, puasa, menurut denisi para ahli fiqih, adalah menahan diri dari segala yang merusak dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah. Dalam definisi tentang puasa, ada kata al-imsak. Dalam bahasa Arab, kata dasar amsaka dapat disusul dengan 'an atau bi. Imsak 'an artinya menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu. Imsak 'an adalah self-restraint. Imsak bi maknanya berpegang teguh pada sesuatu yang dijadikan gantungan atau pegangan.

Apabila kita berpuasa hanya menahan lapar dahaga, itu barulah simboliknya saja dari ibadah mulia ini.

Sesungguhnya di bulan Ramadhan ini kita dilatih menahan diri dari hawa nafsu sendiri. Sehingga di bulan-bulan berikutnya, kita akan mampu menahan diri dalam suka maupun duka, dalam pandemi ataupun endemi.

Pelajaran tentang imsak itu berhubungan dengan kemampuan menahan diri agar terkendali dalam memanfaatkan rezeki dari Ilahi; tidak semuanya dihabiskan begitu didapatkan. Hendaklah setiap diri mempersiapkan yang terbaik untuk masa depannya.

Lihatlah, siapa yang paling tangguh melalui pandemi yang sepahit empedu begini? Ya, siapa lagi kalau bukan mereka yang memiliki tabungan, investasi dan dana cadangan. Meski pun itu artinya mereka menahan kepiluan mesti menguras tabungan, menjual properti, melego emas permata, atau melepas mobil atau rumah tercinta.

Memang menyedihkan hati, akan tetapi semua itu menyelamatkan dari petaka yang lebih buruk dan merupakan buah dari kemampuan imsak atau menahan diri untuk menabung dari sebagian rezeki di masa lalu.

Sekarang ini, artinya, sudah masuk tahun ketiga bagi umat manusia mencicipi ganasnya pandemi. Sampai kapan kita mampu bertahan dengan sisa-sisa pengharapan?

Namun, ingatlah Nabi Yusuf ketika menjadi pembesar di Mesir. Dia menyelamatkan negeri itu dari kehancuran 7 tahun akibat musim paceklik, berkat kegemilangan dirinya melakukan imsak berjamaah selama 7 tahun bagi seluruh penduduk Mesir, yang semata-mata mempersiapkan beratnya masa krisis yang akan menjelang.

Masuk tahun ketiga pandemi ini, apakah kita sebelumnya sudah bersiap seperti Nabi Yusuf? Mungkin tidak banyak yang benar-benar memsiapkan diri, karena siapa sih yang menyangka akan diserang virus tak kasat tetapi mematikan.

Maka cukuplah pengalaman pahit menjadi pelajaran berharga bagi mereka yang berpikir!

Kelak, ketika Ramadhan benar-benar pergi dengan kesyahduannya, maka prinsip imsak yang ditinggalkannya penting sekali untuk kita pelihara. Imsak adalah prinsip yang mengokohkan mental menjalani sisa-sisa pandemi yang moga-moga segera berakhir.

Apa pentingnya imsak?

Marilah berimsak atau menahan diri agar lebih banyak sabar, sebab pandemi ini umpama badai yang terlanjur memporak-porandakan berbagai sendi kehidupan. Sekalipun badai pandemi telah berakhir bukan serta merta kesejahteraan atau kejayaan itu langsung hadir di depan mata.

Mustahil begitu!    

Dengan berakhirnya pandemi, artinya perjuangan akan lebih berat lagi, ada yang terpaksa memulai perjuangan mereka dari nol, tetapi tidak sedikit yang harus memulai perjuangan malah dari minus.

Tidak ada lagi pilihan yang menguatkan hati selain konsisten berimsak. Ya, mari menahan diri agar tetap terkendali, sebab perjuangan ini akan lebih melelahkan, dan tidak jarang akan menuntut pengorbanan yang lebih besar. Beratnya keadaan jangan sampai membuat lepas kendali, dan teruslah berpegang pada prinsip imsak.

Beruntunglah mereka yang berhasil mereguk saripati Ramadhan, sehingga memahami hakikat imsak yang akan meneguhkan kakinya di antara badai kehidupan, apapun itu bentuknya.

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur