Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

HOAKS kesehatan menjadi salah satu musuh masyarakat yang banyak muncul selama pandemi COVID-19. Minimnya pengetahuan seputar virus corona yang merupakan hal baru di dunia medis membuat banyak hoaks kesehatan beredar sepanjang dua tahun pandemi.

Kali ini, hoaks kesehatan juga menyeruak di tengah maraknya pemberitaan seputar hepatitis akut pada anak yang ditetapkan WHO sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Hingga kini, WHO mencatat ada lebih dari 200 kasus di 20 negara yang diduga sebagai hepatitis akut.

Di tengah penyelidikan yang masih terus berjalan, sejumlah pihak mengaitkan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya itu  dengan vaksin COVID-19.

Salah satunya, seperti dilansir ANTARA, merupakan cuitan sebuah akun Twitter: "Hepatitis misterius yang disembunyikan oleh pemerintah dunia lewat para dokter bayaran merupakan efek samping vaksin covid."

Benarkah hepatitis ini merupakan efek samping dari vaksin COVID?

Dokter Anak Konsultan Gastrohepatologi Prof. dr. Hanifah Oswari, Sp.A(K) yang ditunjuk sebagai lead scientist untuk kasus hepatitis akut membantah rumor tersebut.

Prof. Hanifah menjelaskan bahwa yang menjadikan kasus hepatitis akut berat saat ini menjadi berbeda adalah (1) belum diketahui penyebabnya, (2) sifatnya berat, (3) datang dalam waktu bersamaan yang cepat, (4) tidak ditemukannya virus hepatitis A, B, C, D, maupun E, dan (5) bersifat khusus karena menyerang anak di bawah 16 tahun, namun lebih banyak menyerang anak di bawah 10 tahun.

Dalam konferensi pers bersama Kementerian Kesehatan, ia menegaskan bahwa hepatitis akut yang dihubungkan dengan vaksin COVID-19 adalah tidak benar.

"Kejadian ini dihubungkan dengan vaksin COVID-19 itu tidak benar, karena kejadian saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan dengan vaksinasi COVID-19," katanya dalam konferensi pers (5/5/2022).

Lebih lanjut, Prof. Hanifah menyatakan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan adanya kaitan antara hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya dengan virus COVID-19 namun ada kejadian yang koinsiden (bersamaan).

Kementerian Kesehatan telah menunjuk RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso dan Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen.

Bantahan terhadap hoaks tersebut juga datang dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris (United Kingdom Health Security Agency, UKHSA). UKHSA menyebutkan tidak ada hubungan antara hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak saat ini dengan vaksin COVID-19. Dilaporkan bahwa salah satu penyebab potensial hepatitis tersebut merupakan virus yang bernama adenovirus.

The Independent juga melaporkan bahwa Menteri Kesehatan Skotlandia Maree Todd mengatakan tidak ada kaitan antara kasus hepatitis akut pada anak dengan vaksin COVID-19 karena pasien hepatitis tidak ada yang divaksinasi.

 

 

 

 




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Health