KITA harus tetap bersikap tenang.
Inilah sikap yang paling adil bagi umat manusia saat ini. Ketika prahara Covid-19 belum tuntas, muncul pula hepatitis akut yang dilabeli sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa). Pasalnya, penyakit ini belum benar-benar dikenali meski disebut juga hepatitis.
Tatkala ada pihak yang menyebut hepatitis jenis ini tergolong misterius, maka kabar demikian semakin menguji ketangguhan nyali. Karena segala yang bersifat misteri memang relatif lebih mencekam kedengarannya.
Indonesia pun berduka ketika tiga korban dinyatakan meninggal dunia dengan dugaan terkena hepatitis akut. Dan yang makin berat untuk diterima, yang menjadi korban adalah anak-anak yang terlalu dini meninggalkan kehidupan dunia. Kematian anak-anak tidak pernah mudah untuk diterima sebab mereka terlalu kecil, lagi lucu-lucunya.
Kini, sikap panik tidak akan berfaedah apa-apa. Kita masih dan mesti percaya atas kerja keras pihak-pihak berwenang untuk mengurai misteri yang merenggut nyawa ini. Meski kita pun mulai menyadari, perkembangan iptek seperti merangkak dibanding berbagai misteri penyakit yang kedatangannya bagaikan berlari.
Misteri yang tidak jauh berbeda pun pernah dialami oleh Nabi Muhammad. Selama ini sejarah lebih banyak mengupas kehidupan putri-putri Rasulullah. Apakah beliau tidak memiliki anak laki-laki?
Punya.
Beberapa kali Allah Swt. memberi karunia anak-anak lelaki. Apalah daya, semuanya dijemput oleh Tuhan sang pemilik kehidupan justru ketika mereka sedang lucu-lucunya. Seluruh putra Nabi Muhammad meninggal dunia di usia dini.
Faisal Ismail dalam buku Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XII M) (2017: 113) menguraikan, karena Qasim merupakan putra sulung, maka Nabi Muhammad digelari Abul Qasim, artinya ayah Qasim. Gelar seperti itu lazim dijumpai dalam adat kebiasaan Arab Jahiliyah. Qasim meninggal dunia kira-kira pada usia dua tahun. Abdullah lahir menjelang Nabi Muhammad diutus menjadi nabi. Putra inilah yang digelari ath-Thayyib dan ath-Thahir. Ketika masih balita, Abdullah meninggal dunia.
Kurang apalagi prinsip hidup sehat yang dikumandangkan dan diamalkan oleh Rasulullah, yang bertebaran di hadis-hadis sucinya. Betapa banyak Nabi Muhammad memberikan petuah tata cara menjaga kesehatan bagi bayi dan anak-anak.
Nabi Muhammad tentunya kaya raya. Dari jumlah mahar yang dipersembahkan kepada istrinya, siapapun akan paham beliau memang tajir. Begitu pun dengan istrinya, Khadijah yang memang pengusaha yang kaya luar biasa. Tentunya pasangan ini memiliki kemampuan finansial yang mumpuni untuk memberikan pengobatan terbaik bagi putra-putranya.
Namun, tidak ada yang dapat mencegah jika ajal telah tiba, meski kita bersembunyi di benteng yang kokoh.
Tidak banyak fakta yang dikupas sejarah dan penyakit yang melanda anak-anak Nabi Muhammad memang diliputi misteri yang tak tersingkap.
Dan ini tidak pula berarti manusia boleh menyerah dengan keadaan, karena di setiap penyakit ada obatnya. Buktinya Covid-19 yang demikian ganasnya telah ditemukan vaksinnya.
Setelah Khadijah wafat, istri-istri lainnya tidak mampu memberikan keturunan untuk Nabi Muhammad. Pernah seberkas cahaya terang itu terbit tatkala Mariah al-Qibtiyah melahirkan putra yang diberi nama Ibrahim, tetapi putra harapan itu pun meninggal dunia.
Kebahagiaan Rasul tidak berlangsung lama, karena Ibrahim pun dilanda penyakit misterius yang berujung kematiannya. Berbagai upaya pengobatan telah diupayakan, tetapi misteri penyakit itu tak kuasa tersibak.
Moenawar Khalil dalam buku Kelengkapan Tarikh (2001: 202) menceritakan, akan tetapi, kebersamaan penuh cinta Nabi saw. kepada putra beliau tidak lama. Tidak berapa lama setelah Nabi saw. dan kaum muslimin kembali dari Tabuk, tiba-tiba Ibrahim jatuh sakit. Ketika sakitnya sudah sangat mengkhawatirkan, Ibrahim dipindahkan dari rumah Ummu Saif ke rumah yang dekat ke Masyrabah Ummu Ibrahim. Di rumah itulah Ibrahim dirawat oleh ibunya Mariah dan Sirin. Walaupun sudah dipindahkan, penyakitnya bukan berkurang, bahkan bertambah parah.
Beliau dapati Ibrahim dalam pangkuan ibunya dalam keadaan payah yang amat sangat, hanya menunggu saatnya saja. Beliau langsung memeluk Ibrahim dengan gemetar. Beliau letakkan tubuh Ibrahim di atas pangkuan. Disebabkan rasa harunya, air muka beliau menjadi muram.
Dari kutipan di atas diketahui putra Nabi Muhammad memperoleh perawatan dan pengobatan yang maksimal. Bahkan demi mengusahakan kesembuhannya, Ibrahim pun dipindahkan ke rumah dengan lingkungan yang sehat dan mudah pula memperoleh perawatan.
Artinya, upaya keras untuk menaklukkan penyakit memang perlu dikejar semaksimal mungkin. Begitu pun dengan hepatitis akut yang dilabeli penyakit misterius ini, hendaknya dapat kita lihat secara optimis.
Teknologi kesehatan di era modern ini lumayan canggih, dibanding di masa Rasulullah belasan abad lampau, yang hendaknya memberi harapan lebih bagi kita semua. Semoga kondisi buruk tidak terjadi dan umat manusia kembali bangkit dalam kondisi terbaiknya, Aamiin.
KOMENTAR ANDA