Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

AKHIRNYA, perempuan cantik itu tersungkur di balik jeruji besi. Siapa sangka ini dapat menimpa kepada seseorang yang pernah diumpamakan bak bidadari kayangan? Namun, begitulah gelombang kehidupan mendamparkan manusia, sesuai dengan jenis ombak yang dipilihnya.

Sekitar sepuluh tahun meresapi mencekamnya penjara, si cantik malah punya banyak waktu merenung.

Jauh-jauh hari ayahnya telah menasehati, dunia yang dia terjun kepadanya itu bukan lagi dihuni oleh kawanan serigala, melainkan disesaki serigala-serigala yang justru berbulu domba. Halus sekali nasehatnya, tetapi bujuk rayu dunia baru terlanjur membuatnya mabuk kepayang lalu abai dengan untaian nasehat.

Sebetulnya, tidak perlu menunggu kena petaka dulu untuk memahami bahwa dimana pun medan hidup yang dipilih, maka kita dapat saja berhadapan dengan serigala berbulu domba. Apapun jalan hidup yang ditempuh atau dunia yang kita terjun kepadanya, disana akan ada saja orang-orang munafik yang bujuk rayunya memabukkan, mirip sekali dengan tipu daya setan.

Orang-orang munafik ini berlagak bagaikan sahabat sejati, padahal dirinya musuh yang nyata. Mereka tidak akan menyakiti kita secara langsung, melainkan membuat tipu daya, yang membuat keburukan itu terlihat indah, yang menjadikan kejahatan itu terlihat menawan.

Akhirnya, ketika kita terkena petaka atau hancur lebur maka orang-orang munafik itu langsung berlepas tangan, dan tidak jarang mereka justru tertawa kegirangan di atas genangan air mata kita.
Kejam?

Iyalah.

Tetapi jangan berlarut-larut menyalahkan pihak lain, lebih baik fokus memperhatikan ke dalam diri kita sendiri. Kita tidak akan hancur oleh tipu daya golongan munafik jika kita memahami sepak terjang mereka yang lihai bak bujukan setan.

Tidak sia-sia Tuhan menciptakan setan, karena dengan kehadiran makhluk licik itulah manusia dapat terus meningkatkan kualitas dirinya. Seburuk-buruknya setan, lebih buruk lagi orang yang mau terus diperdaya olehnya. Begitu pun dengan orang-orang munafik, dari mereka pula kita dapat mengasah kearifan memaknai hakikat kehidupan.

Surat al-Hasyar ayat 16, yang artinya, “(Bujukan orang-orang munafik itu) seperti (bujukan) setan ketika ia berkata kepada manusia, ‘Kafirlah kamu!’ Kemudian ketika manusia itu menjadi kafir ia berkata, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”

Ahzami Samiun Jazuli dalam buku Kehidupan Dalam Pandangan Al-Qur`an (2006: 446) menguraikan, ayat di atas menggambarkan perumpamaan orang kafir, yakni seperti setan yang membujuk dan merayu manusia. Keduanya memiliki kesamaan, yakni sama-sama suka berbohong bila berbicara, melanggar bila berjanji dan berkhianat bila diberi amanah. Keduanya kelak akan dipersatukan dalam siksa-Nya karena kesamaan perilaku yang ada pada keduanya.

Kaum munafik dalam kehidupan dunia ini sama sekali tidak pernah bisa mencinta dan memberikan kasihnya dengan tulus kecuali atas dasar pragmatis kepada sesamanya atau kepada orang-orang yang serupa sifatnya dengan mereka.

Menarik sekali apa yang telah dibentangkan oleh ayat di atas, perihal setan yang begitu manis dalam menyesatkan manusia. Manuver agresif setan itu bertujuan agar manusia ingkar kepada Ilahi. Segala macam tipu daya dilakukan setan hingga manusia pun tersesat dari jalan Tuhannya.

Nah, kelak ketika manusia yang tersesat itu terkena murka Ilahi atau terlempar kepada kerak neraka, setan-setan malah berlepas tangan. Tidak mau dong setan ikut bertanggung jawab. Bahkan dengan teganya setan malah berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah.”

Jadi, pada hakikatnya setan itu mengakui keagungan Allah Swt. Hanya saja mengapa manusia gampang terlena, mau saja diperdaya oleh setan hingga tega-teganya durhaka terhadap Tuhannya, akhirnya tersadar belakangan tatkala terkena petaka.

Begitulah kira-kira tipu daya kaum munafik, yang mencontek dari kelihaian bujuk rayu setan. Ketika kita terkena petaka akibat termakan tipu dayanya, orang-orang munafik bukannya menolong malah kian menjerumuskan ke jurang kehancuran.

Ada kisah nyata!

Dia itu seorang lelaki manis, betapa senyuman dan tawa senantiasa menghiasi mukanya. Dia pun pandai bermanis-manis, sehingga orang-orang dengan mudah terpikat. Ada satu orang yang didaulatnya sebagai teman karib. Saking karibnya pria ini tidak sadar dirinya telah dimanfaatkan untuk hal-hal buruk.

Dan begitu kemarahan publik meledak, malah teman karib ini sendirian yang memikul kemalangan.

Hampir saja dirinya gila disebabkan kehancuran hidupnya. Sementara lelaki manis itu masih sering tersenyum dan makin rajin tertawa, tepatnya menertawakan kemalangan teman karib yang dijebaknya.

Begitulah dunia yang tidak sempurna. Kita tidak boleh patah hati meski terlempar ke titik nadir sebagai akibat tipu muslihat orang munafik, asalkan kita tegak di atas kebenaran yang digariskan Allah Swt.

Masih ada sambungan kisah nih!

Setelah menyadari kehancuran hidupnya disebabkan tipu daya lelaki manis yang pandai bujuk rayu ala setan, pria tersebut mulai memahami trik-trik orang munafik.

Suatu ketika diundanglah dirinya dalam acara reuni khusus kaum Adam. Permulaannya sih acaranya makan-makan, begitu malam makin larut dan dicekam suhu yang dingin, betapa kaget dirinya menyaksikan teman-teman sudah menyiapkan pesta maksiat.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur