KALAU dengar kata hypnoparenting, yang pertama kali terbayang adalah hipnotis yang dipakai dalam gaya pola asuh anak. Artinya, orangtua akan menghipnotis anak untuk bisa mengikuti semua keinginannya. Betul tidak ya?
Hypnoparenting berasal dari dua kata, yaitu hypnosis dan parenting, yang artinya suatu metode memberikan sugesti positif yang dilakukan orangtua kepada anaknya terkait perkembangan dan pendidikan anak.
Biasanya, metode ini diterapkan orangtua kepada anaknya yang memiliki masalah, seperti susah makan, kecanduan game, malas belajar, membangkang, tidak percaya diri, masih suka mengompol, dan lainnya.
Hypnoparenting pertama dikenalkan di acara Good Morning America oleh Chief Health dan Medical Director Dr Richard Besser. Memang teknik pola asuh ini masih asing, tetapi ahli percaya pengasuhan ini sudah ada sejak lama dan orangtua terdahulu sudah melakukan hipnosis kepada anaknya.
Teknik Melakukan Hypnoparenting
Melakukan hypnoparenting pada anak tidak perlu dilakukan oleh ahli, Bunda pun bisa melakukannya di rumah. Yang terpenting, pastikan Bunda dan anak dalam keadaan relaks, tenang, penuh kendali, dan nyaman.
Biasanya waktu terbaik untuk melakukan hypnoparenting adalah ketika anak hendak tidur. Di sini Bunda bisa mengatur sesi khusus, misalnya sambil memijat anak.
Berikut ini langkah-langkah melakukan hypnoparenting yang bisa Bunda ikuti:
1. Minta anak memejamkan mata, menarik napas panjang, dan hembuskan perlahan hingga hitungan ke-30. Teknik ini bisa membantu anak untuk relaks.
2. Tepuk pelan punggung anak atau elus kepalanya. Sentuhan lembut akan membuat Bunda mudah memberikan arahan positif, menunjukkan kasih sayang, dan menenangkannya.
3. Setelah relaks, dengan nada suara lembut, tanamkan sugesti positif pada anak. Misalnya, "Anak mama yang pintar, tidurnya yang nyenyak, ya. Besok pagi bangun dengan segar."
Atau Bunda juga bisa katakan, "Hari ini kamu sudah belajar untuk ujian besok. Pasti ulangan nanti kamu bisa kerjakan dengan baik."
4. Kalimat-kalimat positif itu bisa Bunda sesuaikan dengan kebutuhan anak. Semakin sering dibiasakan, maka akan semakin mudah menanamkan sugesti tersebut kepada anak lewat alam bawah sadarnya.
5. Pilih kata yang tepat dan efektif. Hindari kata-kata negatif seperti, "jangan nakal, jangan bertengkar lagi dengan kakak/adik."
Yang terpenting adalah, Ayah dan Bunda terbiasa menggunakan kalimat dan cara penyampaian yang positif saat berkomunikasi dengan si kecil. Juga, berperilaku baik dan positif, sehingga anak akan menirunya dengan mudah.
Sebelum melakukan teknis tersebut, pastikan Ayah Bunda sudah memahami sikap dan kebiasaan anak, sehingga sugestinya tidak bertentangan dengan sifat anak.
KOMENTAR ANDA