KEHAMILAN itu makin sempurna. Hingga Aminah pun bersiap melalui proses melahirkan normal seperti perempuan lainnya. Namun, dirinya akan takjub ketika berbagai kejadian ajaib meliputi persalinan anaknya.
Di malam menjelang fajar itu Aminah tidaklah sendirian, melainkan ditemani oleh Ummu Aiman. Dia seorang jariyah atau pembantu asal Ethiopia yang diwariskan oleh mendiang Abdullah, yang sepanjang hayatnya menunjukkan kesetiaan luar biasa.
Dan yang bertindak sebagai bidan persalinan adalah Asy-Syifa’. Kelak di kemudian hari Asy-Syifa’memiliki putera bernama Abdurrahman bin Auf, seorang konglomerat muslim yang menjadi sahabat utama Rasulullah.
Asy-Syifa’ maupun Ummu Aiman adalah dua perempuan pilihan, yang beruntung menyambut langsung kelahiran manusia agung disertai berbagai keajaiban yang meliputinya.
Sesungguhnya di malam penuh keberkahan itu, terjadi kesibukan luar biasa bagi penghuni langit. Tuhan mengirimkan segala macam kebaikan supaya kelahiran nabi akhir zaman itu berlangsung lancar.
Aminah tidak perlu dicekam kekhawatiran perihal kisah-kisah dramatis dalam melahirkan, karena dia justru menyaksikan berbagai dukungan moril yang menguatkan dirinya.
Bassam Muhammad Hamami dalam bukunya Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam (2017: 11) mengungkapkan, saat melahirkan pun tiba pada malam Senin bulan Rabi’ul Awwal tahun Gajah. Aminah merasakan ada cahaya yang menyelimuti dunianya. Ia melihat seakan semua wanita mengelilingi tempat tidurnya. Di antaranya adalah Maryam binti Imran, Asiyah istri Fir'aun dan Hajar ibu Ismail.
Proses melahirkan yang pertama selalu menegangkan bagi setiap perempuan, dan akan lebih mencekam bagi yang baru saja menjanda di usia muda. Akan tetapi penampakan perempuan-perempuan agung itu menyuntikkan motivasi kuat bagi Aminah dalam menjalani proses melahirkan.
Karena mereka yang dihadirkan Tuhan itu deretan perempuan yang termasyhur kemuliaan hidupnya.
Kemudian Aminah pun menyaksikan berbagai keagungan yang menyelimuti proses persalinan. Alam semesta seperti menciptakan orkestra terindah dalam menyambut kelahiran nabi yang dinanti. Hanya Aminah satu-satunya perempuan yang mengalami pengalaman demikian spektakuler.
Syaikh ash-Shafuri dalam buku Nasihat Langit Penenteram Jiwa Jilid 4 (2021: 27-28) mengutarakan, Aminah menceritakan, “Pada malam kelahiran aku melihat sekelompok jamaah turun dari langit membawa tiga bendera. Mereka menancapkan satu bendera di punggung Ka’bah, satu bendera di atas atap rumahku, dan satu bendera di atap Bait al-Maqdis. Bintang-bintang pun mendekatiku, hingga aku bergumam, ‘Mereka akan jatuh menimpaku.’ Tiba-tiba sekelompok perempuan menemuiku. Aku tidak pernah melihat perempuan yang lebih cantik dari mereka. Asiyah, istri Fir'aun, bersama mereka, bahkan dia yang memimpin.”
Sejak masa kehamilan tidak dirasakan oleh Aminah mual, pusing atau pun keletihan yang menyiksa.
Dia justru mengalami kondisi segar bugar lahir maupun batin. Janin yang bersemayam di rahim suci tidak pernah menyusahkan ibundanya.
Begitu pun dengan proses kelahiran yang dikawal oleh limpahan kebaikan. Tuhan benar-benar mencurahkan keberkahan dan menghindarkan Aminah dari kesakitan. Sehingga Aminah hanya merasakan kenikmatan menjadi seorang ibu dari seorang kekasih Allah.
Syaikh ash-Shafuri (2021: 27) menceritakan, Aminah bertutur, “Aku melihat cahaya yang menyinari timur dan barat. Setiap kali sakit kelahiran semakin kuat, aku melihat burung besar yang bagus rupanya. Ia mengusapkan sayapnya ke perutku. Kemudian aku melahirkan anakku Muhammad, dengan kakinya yang mulia keluar terlebih dahulu, tidak terbalik. Ketika aku melahirkan Muhammad, seakan-akan wajahnya adalah bulan.”
Semua keajaiban itu merupakan penampakan dari Ilahi terkhusus kepada Aminah, agar dirinya memiliki semangat dan optimis dalam melahirkan anaknya. Semua parade kesyahduan itu menemukan puncaknya setelah bayi Nabi Muhammad pun hadir di dunia menjelang fajar merekah.
Dan terjadilah perbedaan pendapat di antara para ahli berhubungan dengan tanggal ataupun bulan kelahiran Nabi Muhammad. Perbedaan itu merupakan sesuatu yang dapat dimaklumi, karena di masa itu masyarakatnya tidaklah memiliki tradisi mencatat penanggalan kelahiran.
M. Quraish Shihab dalam bukunya Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw. Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits Shahih (2011: 210) mengungkapkan, yang populer adalah tanggal 12 Rabiul Awwal, yang ketika itu jatuh pada hari Senin malam bertepatan dengan tanggal 29 Agustus 580 Masehi. Pendapat inilah yang paling banyak dipakai oleh kaum muslimin dalam merayakan maulid nabi.
Menariknya, tahun kelahiran Nabi Muhammad disebut juga dengan Tahun Gajah. Karena sebelum Aminah melahirkan putranya, telah terjadi suatu kejadian besar, yang kemudian hari diceritakan pula dalam Al-Qur’an.
Surat Al-Fil ayat 1-5, yang artinya, “Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”
Ketika itu penguasa Yaman adalah Abrahah. Sejatinya Yaman merupakan vassal atau bagian dari Kerajaan Kristen Abisinia di Afrika. Abrahah mengerahkan pasukan yang di antaranya menunggangi gajah besar dalam rangka menyerbu Mekah. Tujuan utamanya adalah menghancurkan Ka’bah.
Serbuan itu sebagai upaya Abrahah menghentikan perziarahan bangsa Arab ke Ka’bah. Sebab dirinya telah membangun kuil megah nan indah di Yaman tetapi malah sepi dari pengunjung. Apabila Ka’bah binasa maka Abrahah yakin bangsa Arab akan ramai-ramai berziarah ke kuil di Yaman.
Penduduk Mekah yang dipimpin Abdul Muthalib tidak melakukan perlawanan, sebab jumlah pasukan Abrahah yang teramat besar. Abdul Muthalib berdoa memohon perlindungan Allah terhadap Ka’bah yang mulia. Kemudian terjadi keajaiban, Allah mengirimkan burung Ababil yang membuat pasukan bergajah pun binasa dilempari batu-batu ajaib, yang membuat tubuh mereka bagaikan daun dimakan ulat.
Aminah sama sekali tidak terganggu, meski serbuan pasukan bergajah berlangsung ketika dirinya tengah hamil. Bahkan kekalahan pasukan bergajah oleh serangan pasukan burung Ababil dipandangnya sebagai suatu pertanda baik dari Tuhan. Allah memelihara Ka’bah dari kebinasaan, sebab janin yang tengah di kandung Aminah akan menjadi nabi yang menyeru umatnya shalat menghadap Ka’bah dan juga berhaji ke rumah Tuhan tersebut.
Seolah mendapatkan pertanda baik, di pagi hari kelahirannya, Abdul Muthalib melakukan ibadah tawaf di Ka’bah. Kemudian Aminah mengutus orang untuk menyampaikan kabar baik kepada Abdul Muthalib, bahwa cucu laki-lakinya telah lahir ke dunia.
KOMENTAR ANDA