"SIAPA pun yang di rumahnya diberi oleh Allah satu orang sakit, sebetulnya Allah telah meletakkan magnet keberkahan di rumah tersebut, bahkan menjadi sumber keberkahan di rumah tersebut."
Kalimat tersebut diucapkan Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah Buya Yahya Zainul Ma'arif dalam sebuah kajian.
Siapakah orang akan yang mendapatkan keberkahan dari orang yang sakit?
"Yang mendapatkannya adalah yang paling serius merawat orang sakit tersebut," tegas Buya Yahya.
Kiranya kita memahami bahwa "yang paling serius merawat orang sakit" adalah dia yang memiliki keikhlasan dan ketulusan untuk memenuhi segala kebutuhan orang yang sakit.
Kita tahu, merawat orang sakit membutuhkan kesabaran luar biasa, kekuatan fisik, dan kebijaksanaan untuk menyeimbangkannya dengan aktivitas pribadi sehari-hari.
Merawat orang sakit juga memerlukan kasih sayang yang tulus. Kita merawat si sakit bukan karena mendapat bayaran. Bukan pula berarti kita bebas memarahi orang sakit jika ia tak mau menuruti perkataan kita.
Saat itulah kasih sayang dan ketulusan berperan penting dalam merawat orang sakit. Orang yang merawat akan menjadi sahabat terbaik yang tak lelah menyemangati si sakit untuk bisa bertambah baik dari hari ke hari.
Terlebih lagi jika yang sakit adalah orangtua kita, maka merawat orangtua adalah sebuah bakti yang teramat indah dari anak kepada ayah ibunya.
Itulah mengapa orang yang sungguh-sungguh merawat orang sakit akan meraih keberkahan dalam hidupnya.
Allah Berada di Sisi Orang yang Sakit
Kita tahu bahwa seseorang yang sakit, entah itu menjalani perawatan di rumah sakit maupun dirawat di rumah, ia tak hanya merasakan sakit secara lahiriah tapi juga menderita secara batiniah. Ia akan dihinggapi rasa kesepian yang mendalam, seolah terasing dari kehidupan di sekitarnya.
Karena itulah kesembuhan seseorang dari penyakit biasanya sangat dipengaruhi motivasi dan semangat dalam dirinya.
Ketika dia berpikir optimis, bahagia, dan bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang mencintai dan peduli padanya, semangat itu menjadi pintu yang membuat ia kuat dan tidak menyerah pada penyakitnya.
Dalam sebuah hadis qudsi dikatakan bahwa sesungguhnya Allah bersama orang yang sakit. Di balik semua rasa sakit dan tekanan batin yang dirasakan, ternyata Allah hadir bersamanya.
Allah hadir bersama orang yang dilanda kesepian karena sakit atau karena perbuatan zalim orang lain.
Dalam kitab Irsyadul Ibad, Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari mengutip sebuah hadis qudsi berikut ini.
Pada hari Kiamat, Allah Swt. menegur seorang hamba, "Wahai anak Adam, saat Aku sakit, mengapa kamu tidak menjenguk-Ku?" Orang itu menjawab, "Wahai Tuhanku, bagaimana aku mendoakan-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?" Allah Swt. menjawab, "Tidakkah kamu tahu bahwa hamba-Ku si Fulan itu sakit, namun kamu tidak menjenguk-Ku. Tahukah kamu, jika kamu menjenguknya, kamu akan mendapati Aku berada di sisinya?"
Maksudnya, "Kamu akan mendapatkan ganjaran-Ku yang tak bertepi saking banyaknya." (HR. Muslim)
Jelaslah bahwa Islam menganjurkan setiap umatnya untuk meluangkan waktu untuk menjenguk saudara maupun sahabat yang sedang sakit.
Dalam hadis qudsi tersebut, Allah juga menjanjikan pahala besar bagi siapa pun yang menyempatkan waktunya demi menghibur si sakit. Hal itu dikarenakan hati orang yang sakit akan merasa lapang dan senang dengan kehadiran orang yang menjenguknya.
Jika kita tak bisa hadir secara langsung di hadapan orang yang sakit karena udzur kesehatan maupun jarak yang sangat jauh, jangan lupa untuk menghubunginya melalui panggilan video atau panggilan telepon.
Seumpama kondisinya terlalu lemah untuk menerima panggilan telepon, kita bisa merekam suara kita untuk diperdengarkan padanya. Bacakanlah doa dan kalimat motivasi agar orang yang sakit memiliki semangat untuk cepat sembuh.
Wallahu a'lam bishshawab.
KOMENTAR ANDA