RIL… mamah pulang dulu ke Indonesia, ya.. Mamah titipkan kamu dalam penjagaan dan perlindungan terbaik dari pemilikmu yang sebenarnya, Allah Swt, dimana pun kamu berada…
Insya Allah kamu tidak akan kedinginan, kelaparan atau kekurangan apapun. Bahkan kamu akan mendapatkan limpahan kasih sayang, karunia dan kebahagiaan yang tak pernah putus.
Disini, di sungai Aare yang luar biasa indah dan cantik ini, mamah lepaskan kamu, untuk kita bertemu lagi cepat atau lambat.
Seperti yang pak walikota sampaikan,
“The city of Bern will forever be deeply connected to us…” Doa terbaik mamah dalam setiap helaan nafas,
Atalia Aare river, Juni 2022
***
Tidak terbayang oleh kita bagaimana kondisi gejolak batin Atalia Praratya Kamil saat menuliskan kalimat berpamitan yang ia sampaikan untuk sang putra terkasih, Emmeril 'Eril' Kahn Mumtadz, lewat unggahan Instagramnya.
Deep down inside, ia tentu berharap Allah Swt. menghadiahkan keajaiban; Eril kembali ke pelukan keluarga dalam keadaan sehat. Tapi di sisi lain, ia juga memperhatikan bagaimana proses pencarian telah dilakukan dari hari ke hari, tanpa terlihat tanda-tanda tentang putranya.
Di sungai Aare yang indah, Teh Cinta menggantungkan harapannya.
Namun amanah yang diletakkan di pundak sang suami sebagai seorang pemimpin di Jawa Barat, demikian pula ia yang memegang amanah di sejumlah organisasi dan komunitas yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas dan juga pentingnya mereka berada di tengah keluarga besar untuk saling menguatkan saat ini, Teh Cinta tak bisa terus-menerus memantau jalannya pencarian dari pagi hingga malam dari pinggir sungai Aare.
Pun dengan malam-malam yang dihabiskan untuk bersimpuh di hadapan Sang Khalik di tempatnya menginap di kota Bern, harus berakhir. Ia bersama Kang Emil dan Zahra harus kembali ke Tanah Air. Meneruskan doa di setiap waktu, setiap helaan nafas.
Meninggalkan Eril di Swiss, mungkin sudah terbayang di benaknya. Tapi bukan dengan cara ini, melainkan karena Eril diterima di universitas tempatnya melanjutkan kuliah. Namun takdir berkata lain..
Kini, Teh Cinta benar-benar harus melepaskan Eril di Bern. Terikat dengan Bern, selamanya. Karena di sanalah ia terakhir melihat sang putra tercinta. Di sanalah Eril sampai detik akhir menjaga keselamatan ibu dan adiknya, dan tak sempat berpamitan pada ayahnya.
Eril adalah sosok yang membanggakan ayah ibunya. Dari pribadinya, yang terkuak adalah kebaikan, kesederhanaan, dan kecerdasan; karakter yang terbentuk dari pola asuh kedua orangtuanya.
Eril beruntung, tak perlu susah-susah mencari sosok panutan karena ayah ibunya tak hanya berbicara tapi mencontohkan langsung bagaimana menjadi sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi sesama.
Eril hilang satu bulan sebelum ulang tahunnya, 25 Juni. Bulan ini, ia akan berusia 23 tahun. Eril lahir di New York lalu 'menghilang' di Bern.
Di Negerinya Indonesia, insya Allah orang akan mengenangnya sebagai anak muda penuh prestasi yang menjadi harapan untuk Indonesia yang lebih bermartabat dan maju.
Ia seorang kakak yang teramat menyayangi adik perempuannya. Si sulung yang tak bosan bercanda dengan Arkana Aidan, balita menggemaskan mengisi hari-harinya satu tahun belakangan.
Dari Bern, Teh Cinta dan Kang Emil belajar tentang keikhlasan yang sesungguhnya.
Sebuah ujian terberat dalam hidup keduanya. Sebuah cobaan dari Allah yang tak ada gunanya bila terus dipertanyakan mengapa itu terjadi. Sebuah hikmah yang teramat pahit namun harus mesti diresapi bagi kita semua. Sebuah takdir yang tak bisa lagi disesali.
Kita yang menyaksikannya, tenggelam dalam haru yang entah sampai kapan.
Seberat apapun, itulah Qadarullah.
Sang ibu menitipkan cinta terindahnya untuk Eril di sungai Aare. Selamat tinggal untuk sementara, Eril.
KOMENTAR ANDA