Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

TENTANG orangtua yang kehilangan buah hatinya, seorang Muslim bisa melihat uswah hasanah dalam diri Rasulullah saw.

Bukan hanya satu, Rasulullah kehilangan tiga anak laki-lakinya.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa jika putra Rasulullah hidup hingga dewasa, bukan tidak mungkin umat akan memujanya hingga menganggapnya sebagai Nabi (penerus ayahnya). Allah menakdirkan ketiga putra Nabi meninggal saat masih balita.

Yang pertama adalah Qasim, yang lahir di Mekkah saat Muhammad belum diangkat sebagai Nabi. Usia Qasim baru 17 bulan saat meninggal dunia.

Yang kedua adalah Abdullah yang lahir setelah Nabi Muhammad diangkat sebagai Rasul. Ketika Abdullah meninggal di kota Mekkah pada usia sekitar 16-18 bulan, seorang pemimpin Quraisy mengejek bahwa Rasulullah tak akan memiliki anak lagi.

Ternyata Allah menganugerahkan Rasulullah seorang putra bernama Ibrahim dari rahim Mariyah Al-Qhibtiyyah. Ibrahim lahir di Madinah dan hidup selama 1,5 tahun.

Ketika Ibrahim—putra beliau meninggal dunia dalam usia yang sangat dini, Rasululah tegar menghadapi ujian berat tersebut. Beliau mendekap erat Ibrahim sesaat sebelum si buah hati menghembuskan napas terakhir. Rasulullah pun menangis.

Tentang tangisan itu, Rasulullah menjelaskan kepada Abdurrahman bin 'Auf.

"...Tangisan ini adalah kasih sayang, dan barang siapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak disayangi. Jikalah ini bukan janji Allah Swt. yang pasti terjadi dan ucapan yang benar, serta yang telah berpulang mendahului kita (pastilah) kita akan menyusulnya, maka kita akan lebih bersedih dari ini. Sungguh kami bersedih dengan kepergianmu wahai Ibrahim. Air mata berlinang, hati bersedih, (namun) kita tidak mengucapkan (sesuatu) yang akan mendatangkan murka Allah."

Di situlah terlihat jelas ketegaran dan ketabahan Rasulullah. Sekalipun hati bersedih dan air mata berlinang membasahi pipi, beliau menjauhkan diri dari segala sesuatu yang mendatangkan kemarahan Allah.

Tak sedikit pun terbersit untuk menggugat takdir dan menyalahkan orang lain atas ujian yang dihadapi.

Kesedihan itu membawa beliau pada hikmah tentang kehendak dan kekuasaan Allah. Dan Rasul mengetahui bahwa Allah tak pernah menzalimi hamba-hamba-Nya.

Dengan meyakini qadarullah, seorang Muslim insya Allah akan lebih mudah menerima kenyataan dan meyakini bahwa takdir Allah adalah yang terbaik.

Seorang Muslim juga disadarkan bahwa apa yang dimiliki di dunia, semua adalah titipan Allah yang bersifat sementara. Orangtua, sekalipun usianya terpaut jauh lebih tua dari anaknya, tidak mutlak bahwa orangtua akan lebih dulu dipanggil oleh Allah.

Rasulullah juga pernah bersabda bahwa apabila Allah mencintai suatu kaum, maka kaum itu akan Dia uji. Jika mereka ridha, mereka akan mendapat ridha Allah. Namun jika mereka marah, mereka akan mendapat kemurkaan Allah.

Dari keteladanan Rasulullah di atas, kita memahami bahwa anak adalah anugerah dari Allah yang memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi orangtuanya.

Ketika anak meninggal dunia di usia belia, ia akan menjadi penolong di akhirat.

Rasulullah mencontohkan, boleh saja bersedih saat kehilangan si buah hati, namun jangan sampai menganggap Allah tidak adil. Kita berdoa semoga Allah menganugerahkan anak-anak yang saleh agar kelak anak-anak bisa menarik kita memasuki surga Allah.

Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan sebuah hikmah tentang anak. Ketika si anak meninggal di usia yang belum dewasa, maka ia akan memberikan syafaat kepada orangtuanya kelak di akhirat.

Ada beberapa hadis yang menceritakan kisah anak-anak yang membawa orangtuanya ke surga.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya anak itu, dikatakan kepadanya: Masuklah ke surga. Kemudian sang anak berdiri di depan pintu surga dengan penuh kekesalan dan amarah, lalu berkata: Aku tidak akan masuk surga, kecuali bersama dengan orangtuaku. Lalu ada suara yang mengatakan: Masukkanlah kedua orangtuanya bersamanya ke surga."

Ada pula sebuah riwayat tentang seorang laki-laki yang ditinggal wafat putranya lalu mendatangi Rasulullah.

"Tidakkah engkau merasa bahagia ketika engkau mendatangi pintu manapun di antara pintu-pintu surga dan putramu berdiri di depan pintu berusaha untuk membukakannya untukmu?"

Dari beberapa riwayat di atas, kita hendaknya bisa memahami bahwa di balik kesedihan orangtua yang kehilangan anak, ada sebuah anugerah luar biasa yaitu surga.

Dengan beratnya musibah yang Allah berikan, Allah memberikan 'obat' untuk menyejukkan jiwa orangtua dengan kabar anak mereka kelak akan mengantar mereka kepada surga.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur