BERBINCANG dengan Violetta Salina, owner Violetta's Oven, sosoknya menyiratkan ia adalah perempuan tangguh. Mbak Vio, panggilan akrabnya, adalah seorang womanpreneur yang mampu mengembangkan bisnis rumahan tanpa meninggalkan peran utamanya sebagai ibu bagi kelima buah hatinya.
Sejak tahun 2017, Violetta's Oven konsisten menjadi brand yang identik dengan gaya hidup sehat. Seperti keterangan yang tercantum dalam Instagram @violettas_oven: food specialist of gluten free, sugar free, low carbs, dan lab analysis approved.
Keahlian memasak dan memanggang bukan hal asing mengingat Mbak Vio telah terbiasa membantu sang ibu di dapur sejak masih kecil.
Ditambah lagi, ia adalah lulusan Indonesia Patisseries School, sekolah kuliner yang sertifikatnya bisa 'menembus' dapur hotel bintang lima mana pun. Tak heran bila skill dan pengetahuan kuliner yang ia miliki terbilang mumpuni.
Pengalaman Pribadi yang Menginspirasi
"Setelah kelahiran anak keempat, berat badan saya sempat melonjak tajam. Dokter menyarankan saya menjalani diet low carbs (rendah karbohidrat). Sejak itu saya mulai bereksperimen dengan resep original baking lab saya sendiri untuk membuat kue low carbs (rendah karbohidrat)," kisah ibu lima anak ini dalam wawancara eksklusif bersama Farah.id (27/5/2022).
Mbak Vio lalu bergabung dengan komunitas diet. Di sana, ia mendapat lebih banyak pengetahuan dan belajar dari pengalaman sesama pelaku diet. Ia juga aktif mengikuti berbagai seminar tentang makanan low carbs.
Karena baking adalah salah satu kegiatan favoritnya, Mbak Vio kerap mengunggah hasil baking olahannya di laman Facebook. Tertarik melihat penampilan kue yang menggoda—juga terbukti rasanya enak, satu demi satu sahabat dan kerabat mulai memesan kue olahannya.
Apa yang membuat Mbak Vio bahagia menjalankan bisnis kuliner sehat ini?
"Biasanya kalau customer mengucap terima kasih bahwa kue sudah diterima, sekaligus mengirim foto kue yang sudah terpotong-potong karena diserbu oleh teman-teman di kantor, semua bilang enak, padahal kue itu ingin dibawa ke rumah," kata Mbak Vio sambil tertawa.
Mbak Vio merasakan bisnis Violetta's Oven sepanjang tahun 2017-2019 mengalami tren yang sangat positif. Saking repotnya menurut Mbak Vio, ia menolak sejumlah tawaran teman-temannya untuk bergabung ke kafe mereka. "Karena mereka menuntut saya ada di kafe tersebut, saya tidak bisa," katanya.
Ia berkomitmen kepada sang suami yang membolehkannya memiliki usaha tanpa harus keluar rumah dan meninggalkan anak-anak. Karena itulah rumah disulap menjadi pusat produksi sekaligus tempat packing dan mengambil pesanan.
"Dapur saya mengambil banyak tempat di rumah. Dapur khusus ber-ac yang dibutuhkan untuk membuat aneka kue low carbs. Freezer juga ada di hampir semua ruangan di rumah," ujarnya sambil tertawa kecil.
Ia berkeinginan memiliki toko kue kecil tempat orang bisa memilih juga duduk-duduk mencicipi produk Violetta's Oven. Karena itu ia berencana mencari rumah yang lebih luas di lokasi yang lebih strategis untuk mengembangkan bisnisnya.
Putri sulungnya, Suci Puji Pangesti, memuji ibunya. "Bunda enggak hanya jago baking tapi juga jago masak (hidangan lauk pauk)."
Melihat penurunan drastis yang dialami bisnis sang bunda pada masa pandemi COVID-19, Suci kemudian bergabung ke Violetta's Oven untuk menangani marketing dan penjualan. Ia kini menjabat CEO.
"Awal pandemi, ada penurunan drastis. Saat itu belum ada tim, belum tahu strateginya harus bagaimana. Barulah setelah itu kita beradaptasi. Di awal pandemi, bisa dibilang Violetta's Oven belum bisa survive. Jatuh banget, merosot hampir 100 persen," kenang Suci.
Barulah medio 2021, Mbak Vio merekrut tim yang terdiri dari empat anak muda. Alhamdulillah, Suci melihat bisnis sang bunda mulai berlari kencang seperti dulu.
"Ada beberapa perubahan, baik itu strategi bisnis, product development, perluasan market, juga strategi marketing--terutama memanfaatkan ads di berbagai platform digital dan media sosial," jelas Suci.
Adakah generation gap yang terasa di antara ibu dan anak ini?
Mbak Vio menyangkal. Ia merasa memang sudah saatnya tongkat estafet bisnis diserahkan kepada anak-anak muda yang lebih kreatif dan inovatif. Ia memilih untuk fokus bertanggung jawab dalam produksi, memastikan kualitas produk terjaga baik.
"Bunda selalu mendorong kami untuk mengeluarkan ide-ide dan membebaskan kami untuk mengeksekusinya," ujar Suci.
KOMENTAR ANDA