MENDENGAR istilah hipertensi, kita biasanya mengasosiasikannya dengan orang dewasa dan para lansia. Namun nyatanya, hipertensi juga bisa menyerang anak
Hipertensi bisa memicu penyakit kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal, hingga gagal jantung. dr. Endang Lestari, Sp.A(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan ia seringkali mendapat pertanyaan dari para orangtua tentang bagaimana seorang anak bisa terkena hipertensi.
"Pemikiran kita, hipertensi hanya ada pada orang dewasa. Hal ini tidak benar. Anak-anak bisa menderita hipertensi, karena itu kita harus tahu berapa tensi anak kita," ujar dr. Endang dalam IG Live IDAI.
Sayangnya, pemeriksaan tekanan darah pada anak masih jarang dilakukan. Padahal menurut dr. Endang, anak di atas tiga tahun setidaknya satu tahun sekali harus melakukan pengecekan tekanan darah.
"Di puskesmas masih jarang pemeriksaan tekanan darah untuk anak, mungkin karena belum tersedia manset kecil. Dibutuhkan manset yang sesuai ukuran tubuh orang yang diperiksa. Ditambah lagi, mengukur tekanan anak—terutama balita, membutuhkan kesabaran dan tenaga lebih untuk membantu," kata dr. Endang.
Jika kesadaran orangtua untuk memeriksakan tekanan darah anak makin tinggi, maka puskesmas tentu akan mengupayakan penyediaan peralatan pemeriksaan tekanan darah bagi anak.
Di beberapa rumah sakit bahkan sudah dilakukan pemeriksaan tekanan darah pada anak di bawah usia tiga tahun. Misalnya saja pada anak yang lahir prematur, mengingat kondisi tersebut menjadi salah satu faktor risiko.
Untuk tekanan darah yang normal, dr. Endang menjelaskan bahwa hal itu tergantung pada usia, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, dan ukuran/ massa otot anak.
Dalam keadaan normal, makin bertambah usia anak, makin tinggi tekanan darahnya, tekanan darah anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan tekanan anak perempuan seusianya, dan makin besar massa otot anak, makin tinggi tekanan darahnya.
Berdasarkan berbagai faktor tersebut, batasan tekanan darah normal pada anak berbeda-beda untuk tiap kelompok usia, jenis kelamin, dan tinggi badan.
Dokter biasanya merujuk pada tabel khusus yang menunjukkan tekanan darah normal. Beberapa aplikasi kesehatan juga bisa dipakai untuk menunjukkan tensi dengan memasukkan berat badan dan tinggi badan.
Tentang makanan, adakah makanan yang bisa menyebabkan hipertensi?
dr. Endang mengatakan bahwa makanan dengan kandungan garam tinggi yang biasa dikonsumsi sejak kecil bisa menjadi salah satu penyebab hipertensi.
Salah satu jenis makanan yang memiliki kandungan garam tinggi adalah makanan olahan. Karena itu sebaiknya jangan diberikan kepada anak-anak secara terus-menerus.
Pemakaian garam dalam makanan bayi boleh saja tapi dalam jumlah yang sangat sedikit, disesuaikan dengan usia bayi.
Penyebab hipertensi tidak hanya datang dari makanan tapi juga dari faktor keturunan dan sejumlah faktor risiko, termasuk pola hidup.
Pola hidup seperti malas bergerak, kurang aktivitas, terlalu banyak mengonsumsi makanan mengandung garam, juga kurang tidur bisa menjadi penyebab hipertensi.
Melansir laman resmi IDAI, hipertensi primer sangat jarang ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Faktor risiko yang dikaitkan dengan terjadinya hipertensi esensial adalah riwayat hipertensi dalam keluarga dan kegemukan (obesitas).
Obat hipertensi pada anak biasanya sama dengan obat yang diberikan kepada orang dewasa. Yang perlu diperhatikan adalah obat yang diberikan sesuai penyakit yang mendasari terjadinya hipertensi.
"Pemberian obat pada anak hipertensi sambil dilakukan evaluasi dan dimonitor oleh dokter. Jika ada perbaikan, maka pemberian obat bisa dikurangi dosisnya. Jika memang terpantau stabil, dosisnya bisa lebih dikurangi lagi. Dan jika tensi normal, maka obat bisa disetop," jelas dr. Endang.
KOMENTAR ANDA