RAKYAT Indonesia bolehlah berbahagia. Ridwan Kamil sekeluarga bisa berlega hati. Meski duka masihlah tetap ada. Kabar yang berkembang belakangan ini adalah suatu kemenangan gemilang. Insyallah, Eril pulang ke Tanah Air.
Allahu akbar, Allah Maha Besar!
Perjuangan penuh keikhlasan yang ditempuh orang tuanya telah membuahkan sesuatu yang manis. Eril tidak hanya akan pulang nama, karena jasadnya sudah ditemukan di bendungan Engehalde, Swiss.
Sesuai dengan tradisi kita, temuan ini suatu kemenangan yang tak ternilai harganya. Karena akan memberi kesempatan bagi Ridwan Kamil menunaikan tugas terakhir sebagai orang tua; mengusung keranda anaknya, lalu mengantar putranya ke liang lahat.
Rakyat Indonesia yang dua minggu ini dilanda harap-harap cemas pun terobati laranya. Kita akan menyambut Eril yang akan dikebumikan dengan penuh cinta di negeri indah ini. Dan akan ada pusaranya yang dapat diziarahi oleh orang tua, keluarga, sanak saudara, karib kerabat, handai tolan atau siapa saja yang mengasihinya.
Eril pulang sebagai pemenang sejati. Ketika Tuhan menakdirkan yang terbaik bagi episode terakhir kehidupannya, menghadap Ilahi dengan cara terhormat. Kita menghaturkan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya terhadap tim pencari di Bern atas upaya yang tiada kenal lelah.
Namun, sebagai insan beriman kita pun mestilah melihat dari dimensi religius.
Ternyata jalan keikhlasan itu berujung kebahagiaan. Sesuai dengan harapan orang tua, keluarga dan rakyat Indonesia, akhirnya Eril diizinkan Tuhan untuk pulang.
Jelas, kemungkinannya akan ada air mata yang menetes selama menyambut kepulangan Eril. Hal itu sangatlah wajar. Karena segenap bentuk duka cita diperbolehkan, asalkan tidak melanggar aturan agama.
Pernah pula seseorang mempertanyakan air mata Nabi Muhammad saw. yang mengalir, tatkala mengiringi kematian putra terkasih bernama Ibrahim. Bocah laki-laki yang lama diharapkan beliau, akhirnya menghadap Tuhan terlebih dahulu. Lalu, buat apa air mata untuk seorang laki-laki setangguh Nabi Muhammad?
Majdi Muhammad Asy-Syahawi dalam bukunya Saat-Saat Rasulullah Bersedih (2004: 93-94) menceritakan, diriwayatkan dari Abi Umamah, ia berkata, pernah ada seseorang laki-laki datang kepada Rasulullah ketika beliau tengah menangis karena putranya Ibrahim meninggal dunia.
Lalu orang tersebut berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau menangisi anak yang tersayang ini?”
Maka bersabdalah Rasulullah, “Air mata mengalir dan hati bersedih terhadap Ibrahim, akan tetapi kami tidak akan mengatakan sesuatu yang dimurkai oleh Tuhan, dan sesungguhnya kami sangatlah bersedih atas (kepergian)mu, wahai Ibrahim.” (HR. Thabrani)
Air mata ini anugerah Ilahi, yang diciptakan ya untuk dimanfaatkan dong. Air mata itu dapat mengalir dalam duka cita, bahkan juga ada air mata kebahagiaan. Itu semuanya normal-normal saja!
Terang sekali, Nabi Muhammad ikhlas dengan kematian putra tercinta, meskipun itulah satu-satunya harapan beliau untuk memiliki anak laki-laki yang dibanggakan. Dan air mata yang mengalir itu pula yang menjadi bukti keikhlasannya.
Ikhlas itu tinggi sekali nilainya, dan Allah Swt. memberikan ganjaran bagi siapapun yang meninggikan kualitas dirinya dalam rangkaian ikhlas.
Ketika Ridwan Kamil dan istrinya Atalia Praratya telah mengikhlaskan Eril dalam sepucuk surat yang menggetarkan hati, ternyata itu bukanlah ungkapan menyerah. Pencarian Eril terus dilakukan, mengerahkan personil terlatih hingga dipayungi oleh rangkaian doa dan zikir yang lebih panjang dari aliran sungai Aare.
Alhamdulillah, keikhlasan itu dilunasi Allah Swt. karena jasad Eril ditemukan dalam 2 minggu saja.
Allahu akbar!
Hendaknya kaum muslimin melihat musibah yang menimpa Eril dari dimensi yang lebih tinggi lagi, lebih dari sebuah kejadian tenggelamnya seorang anak muda nan tampan. Apa itu?
Inilah kesempatan bagi para orang tua meningkatkan keikhlasannya dalam mengasuh, mendampingi dan mendidik serta memperjuangkan anaknya. Kok tentang ikhlas sih?
Tugas sebagai orang tua itu tidaklah mudah, sebab yang dipikul itu sepanjang hayat bahkan tanggung jawabnya sampai ke akhirat. Beratnya amanah Ilahi ini akan terasa membahagiakan dengan bermodalkan keihlasan.
Bapak ibu butuh ikhlas demi memperjuangkan kehidupan yang baik bagi putra-putrinya. Dengan bermodalkan ikhlas pula, orang tua gigih membela anaknya yang mengalami kemalangan. Akhirnya ayah bunda membutuhkan keikhlasan melepas anaknya untuk kembali dengan terhormat kepada pemiliknya, yaitu Allah Swt.
Selamat datang Eril! Hidup matimu memberikan mutiara hikmah bagi kami semua. Engkau pulang dalam kisah yang teramat manis.
KOMENTAR ANDA