KISAH penuh hikmah dari seorang Emmeril Kahn Mumtadz belum berakhir. Meski jiwanya telah kembali ke pangkuan Sang Khalik, kita masih saja dibuat terpana dengan berbagai hal yang menyertai kepergiannya.
Satu per satu kebaikan Eril terkuak. Tak hanya disebutkan oleh orang-orang terdekatnya, tapi juga oleh sejumlah guru yang pernah mengajarnya selama ini.
Ada guru musik di SMA Eril yang bercerita tentang bagaimana putra pasangan Ridwan Kamil dan Atalia Praratya itu sangat menghormatinya sebagai guru. Kisah "pertemuan epic" dengan Eril itu dibagikan sang guru musik lewat laman Twitter.
Saat itu dalam sebuah pesta pernikahan, banyak orang ingin berfoto bareng Eril. Seorang bapak meminta saya untuk mengambil foto mereka. Eril, spontan berkata, "Pak, maaf, ini guru saya, minta tolong orang lain aja untuk fotoin."
Ada pula dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) tempat Eril menimba ilmu yang dibuat kagum dengan kesederhanaan Eril. Diakui Ir. Indrawanto, Ph.D, dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB, ia bahkan tak mengenali Eril sebagai anak Gubernur Jawa Barat hingga pengerjaan tugas akhir.
Saya ingat figurnya. Ia punya postur tubuh yang tinggi, sangat rajin, juga cerdas dan aktif berorganisasi bahkan di luar ITB. Saya sangat kagum karena Eril tidak menunjukkan dirinya anak orang penting yang berkuasa dan tidak memanfaatkan nama besar ayahnya. Dia sehari-hari berbaur dengan teman-teman, bersikap layaknya mahasiswa biasa.
Begitulah Eril.
Eril dinyatakan hilang saat berenang di sungai Aare, Bern, Swiss pada 26 Mei lalu. Sebelum ia terseret arus deras, ia sempat melarang ibunya turun ke sungai lalu menyelamatkan adik perempuannya hingga bisa mencapai tepian.
Dan penemuan jasad Eril tiga hari lalu di pintu air Engehalde ternyata menyisakan sebuah kisah mendalam. Bukan sekadar cerita tentang jasadnya yang masih utuh dan beraroma wangi.
Dari laman Instagramnya, Ridwan Kamil membagikan ceritanya dari Swiss tentang Geraldine Beldi, guru SD yang menemukan jasad Eril di sungai Aare daam perjalanan pagi menuju sekolah.
“Kami warga Kota Bern, tahu semua tentang berita Eril. Dan saya pun punya 2 anak. Jadi saya tiap jalan kaki, selalu melihat ke arah sungai Aare. Dan ternyata saya yang menemukannya. Turut berduka cita ya Pak..."
Menurut Ridwan Kamil, Eril ke Swiss dengan niat mau belajar, yaitu mencari sekolah untuk kuliah S2. Akhirnya, takdir sang putra sulung diselamatkan oleh seorang guru pengajar yang baik hati dan sederhana.
Eril, yang semasa hidupnya selalu memuliakan sosok guru dan mementingkan menuntut ilmu, takdirnya kini 'disempurnakan' oleh seorang guru.
Masya Allah
Sebelum Geraldine, ada pula sosok Heinrich, warga Bern yang menyelamatkan adik Eril, Zahra (Camillia Laetitia Azzahra), saat naik dari sungai Aare. Sesaat sebelum Eril terseret arus.
Tak berlebihan bila kita berterima kasih atas sikap heroik Heinrich dan Geraldine. Karena ketika kita bicara tentang kemanusiaan, maka kita bicara tentang nurani dan empati terhadap kesulitan yang dihadapi orang lain, tanpa memandang batas ras, agama, negara, hingga benua.
Siapa pun bisa menjadi pahlawan kemanusiaan manakala ia mau menolong sesama dengan tulus.
Lagi-lagi, kisah Eril menorehkan hikmah. Bukti nyata anfauhum linnas yang ia contohkan bagi kita. Bahwa perbuatan baik pasti akan menuai kebaikan.
KOMENTAR ANDA