KOMENTAR

EMMERIL Kahn Mumtadz dimakamkan di pemakaman keluarga di area Islamic Centre Baitur Ridwan, Cimaung, Kabupaten Bandung pada Senin (13/6/2022). Lokasi makam Eril berdekatan dengan masjid yang diberi nama sama dengan namanya, Al-Mumtadz, yang berarti "Yang Terbaik".

Pemakaman dihadiri keluarga dan kerabat serta sahabat-sahabat Eril terutama dari Jabar Bergerak Zillenial.

Setelah qari Muzammil Hasballah melantunkan azan, peti jenazah Eril dimasukkan ke liang lahat oleh petugas Jabar Quick Response.

Kedua orangtua Eril menaburkan bunga ke pusara putra mereka kemudian diikuti nenek, adik, dan keluarga lainnya.

Berbicara di hadapan para pelayat yang hadir di pemakaman Eril, Ridwan Kamil mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi, Wakil Presiden Ma'ruf Amin, para menteri, para pemimpin daerah, kerabat dan sahabat Eril, keluarga, dan semua masyarakat di dalam maupun luar negeri yang mencurahkan doa untuk Eril.

Menurut Kang Emil, selesai sudah tugas Eril secara paripurna di dunia tanpa kurang suatu apa pun. Ia adalah anak yang berbakti pada orangtua, kakak yang sayang pada adiknya, dan teman yang baik.

Ia bersyukur teman dan sahabat Eril maupun kerabatnya, para tokoh masyarakat, hingga ulama begitu ridha melepas Eril. Rakyat terlihat berdiri di pinggir jalan memberikan penghormatan terakhir bagi Eril.

Tak lupa Kang Emil mohon dibukakan pintu maaf atas ucapan maupun tindakan dan kekhilafan yang pernah dilakukan Eril. Pun jika ada urusan yang masih menggantung baik janji maupun utang Eril, diharapkan menghubungi keluarga.

Menurut Kang Emil, waktu 14 hari yang diberikan Allah adalah waktu untuk bertafakur dan memahami petunjuk yang Allah hadirkan dari berbagai penjuru dunia.

Kang Emil menyampaikan sepenggal rasa cinta, kisah tentang siapa Eril, dan hikmah dari kepergian putranya itu.

"Empat belas hari bisa terasa pendek dalam kehidupan manusia sehari-hari , tapi 14 hari (terakhir) ini menjadi begitu panjang dalam kehidupan kami. Kami bertanya-tanya, mengapa harus selama ini kami mengharu-biru..."

"Tapi waktu adalah urusan Allah, yang tak bisa bisa dipecahkan apalagi jika menyangkut tentang kelahiran dan kematian. Waktu adalah relatif begitu kata orang-orag arif," ungkap Kang Emil yang menghadiri prosesi pemakaman Eril dalam balutan busana serba hitam.

Bagi Kang Emil, alasan mengapa akhirnya ia, sang istri, dan keluarga menerima kepergian Eril dengan hati lapang karena mereka akhirnya melihat berbagai petunjuk dan pelajaran untuk menerima kearifan.

"Dua puluh tiga tahun mungkin belum cukup untuk menghasilkan karya besar, namun ternyata memadai untuk menjadi manusia yang dicintai dengan akbar. Tentang hidup Eril yang secara kasat mata rasanya sangat singkat, tapi saat dicermati, ternyata sangat padat. Karena hidup bukan tentang lamanya hari, tapi tentang hela napas setiap hari yang dipakai untuk kebaikan sekalipun dalam hal kecil."

"Kami mengikhlaskan Eril pergi, karena kami tahu Allah telah mencukupkan amal-amalnya untuk menutupi kemunginan nanti bertambah kekhilafannya."

Kang Emil menuturkan bahwa ia dan keluarga sebenarnya sudah menguatkan hati manakala tak bisa lagi melihat wajah Eril. Namun bukankah seitap jengkal tanah di muka bumi ini adalah milik Allah?

"Saat jenazah masih utuh, barangkali Allah menghendaki kepulangannya disambut langit dan bumi. Berada di air berhari-hari masih utuh lagi sempurna, itulah salah satu keyakinan kami bahwa mukjizat itu diberikan untuk kami agar melihat tanda kekuasaan Allah..."

Kematian Eril adalah kehilangan yang sangat berat. Namun meskipun itu menjadi kehilangan terbesar, Kang Emil dan keluarga merasa dilimpahi kasih yang akbar.

"Kami bersyukur dianugerahi seorang putra yang dalam hidupnya bahkan saat berpulangnya Eril, ia masih mendatangkan cinta bagi kami orang tuanya," pungkas Kang Emil.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News