Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

ANAK balita biasanya memiliki imajinasi yang tinggi. Suatu ketika bisa saja ia bercerita kepada teman-temannya tentang sesuatu hal yang belum pernah dialami, namun seolah-olah ia sudah mengalaminya.

Orangtua seringkali menganggap imajinasi anak ini sebagai sesuatu yang berlebihan. Bahkan tidak jarang yang berpendapat bahwa anak sedang berbohong.

Padahal, anak balita belum bisa membedakan dunia imajinasi dan nyata. Di usianya itu, semua yang pernah dilihat atau didengarnya bisa dikembangkan sesuka hatinya, tanpa tahu apakah itu benar atau salah.

Di sinilah peran penting orangtua untuk mengarahkannya agar fantasi atau imajinasi anak tidak berkembang liar dan menjadikannya kebiasaan berbohong.

Berbohong atau Berimajinasi?

Orangtua harus jeli melihat dan memahami imajinasi anak, apakah ia sedang benar-benar mengembangkan imajinasinya atau sedang berbohong?

Cara paling bijak adalah memperhatikan wajah dan gestur tubuhnya saat bercerita. Biasanya, akan tampak perbedaan seperti:

1. Ekspresi wajah anak yang sedang berimajinasi akan terlihat santai, mengikuti alur ceritanya. Sedangkan anak yang sedanb berbohong, ekspresi wajahnya akan terlihat cemas karena sedang berusaha menutupi kebohongannya.

2. Minta anak untuk mengulangi ceritanya. Anak yang berimajinasi biasanya akan menceritakan hal yang sama meskipun diminta untuk mengulangnya. Sementara anak yang sedang berbohong akan terlihat perbedaan verita sebelumnya dengan yang diulang.

3. Anak yang sedang berimajinasi biasanya gaya berceritanya terlihat sangat luwes meskipun dibumbui imajinasi-imajinasi lainnya. Sementara itu, anak yang sedang berbohong biasanya sulit sekali membuat cerita tersebut menjadi hal yang menarik, bahkan terkesan sangat kaku.

4. Bahasa tubuh anak saat bercerita akan memperlihatkan dengan detil apakah ia sedang berbohong atau berimajinasi. Misalnya, saat bercerita apakah anak sering menghindari kontak mata, mengulang cerita seolah-olah meyakinkan si pendengar bahwa ceritanya adalah benar, dan lainnya. Jika ya, artinya anak tidak sedang berimajinasi, tapi sedang berbohong.

Orangtua yang baik tidak segera menyalahkan anak atas kekeliruannya, beecerita bohong. Orangtua yang baik akan membimbing anak, memberitahu bahwa ada kekeliruan dari ceritanya.

Bohong seperti ini tidak perlu dimarahi. Justru karena mereka takut dimarahi, maka kebohongan itu tercipta. Seringlah ajak anak berdiskusi, jangan anggap balita adalah sosok yang tidak mengerti apa-apa. Justru dengan seringnya balita diajak berbicara atau berdiskusi, akan muncul banyak ide-ide menarik yang bisa orangtua pakai untuk membantu perkembangan kecerdasannya.

 




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting