BERAWAL dari hobi memasak, Nurhayani Miru akhirnya sukses berbisnis sambal.
Menjadi guru Bahasa Inggris di SD dan SMA swasta di bilangan Jakarta Timur, Bu Nur—panggilan akrabnya terbiasa membawa masakan dari rumah untuk disantap di sekolah. Namun bukan hanya untuk dinikmati sendiri, ia seringkali membawa dalam jumlah banyak untuk dimakan bersama rekan-rekan gurunya.
Salah satu yang membuat banyak orang jatuh cinta adalah sambal buatan Bu Nur. Diakui Bu Nur, ia adalah pecinta sambal. Dan kecintaannya itu membuatnya kerap mencoba membuat beragam jenis sambal.
Sejak awal, banyak teman yang mengusulkan agar ia memulai bisnis kuliner. Namun Bu Nur tak serta-merta mengiyakan. Ia memikirkan bagaimana pandangan orang lain jika ia berjualan.
"Saya tidak ingin bisnis sambal nantinya mengganggu tugas utama saya sebagai guru," ungkap perempuan kelahiran 4 Juni ini tentang kegalauannya.
Namun akhirnya, ia memutuskan untuk memulai usaha kuliner dari rumah dengan label "Sambel Uleg Mirue" pada Januari 2017.
"Berjualan adalah sesuatu yang halal, Rasulullah saw. juga mengajarkan kita berdagang karena berdagang membuka sembilan pintu rezeki. Jika Rasul saja berdagang, mengapa mesti malu? Saya bisa bantu orangtua, menambah penghasilan keluarga, juga membuat senang teman-teman. Dan yang terpenting, saya tetap bisa melaksanakan kewajiban saya sebagai guru dengan baik," kata Bu Nur.
Alhamdulillah, ia mendapat dukungan penuh dari suami dan anak-anak untuk menjalankan bisnis yang berangkat dari hobinya tersebut.
Bersikap profesional menjadi satu kunci untuk menjalankan dua kesibukan. Ia mencoba untuk tidak mencampuradukkan urusan pekerjaan di sekolah dengan bisnis.
Ia tidak menawarkan langsung sambalnya kepada murid maupun orangtuanya. Strategi marketingnya hanya memanfaatkan status WhatsApp dan Facebook.
Dari sana, ditambah testimoni dari mulut ke mulut, barulah sejumlah orangtua murid tahu tentang Sambal Uleg Mirue dan mulai memesan.
Unggul dalam Rasa, Kualitas, dan Jumlah Varian
Keunggulan sambal Mirue adalah proses mengulek yang dilakukan sendiri oleh Bu Nur. "Itu yang membuat rasanya berbeda," katanya.
Namun karena harus diulek, yang tentunya membutuhkan tenaga besar, Bu Nur tidak bisa menerima pesanan sambal dalam jumlah terlalu banyak. Namun pernah ia membuat 50 botol sambal dalam satu waktu.
Ditambah lagi, Sambal Uleg Mirue adalah sambal yang fresh, tanpa pengawet, serta dibuat langsung sesuai pesanan sehingga tidak ada stok menganggur.
Perkara kualitas bahan, Bu Nur yang dibantu sang suami dalam memproduksi Sambal Uleg Mirue sangat ketat menyeleksinya. Misalnya saja untuk varian sambal Roa, ia mendatangkan langsung ikan roa dari daerah asalnya di Sulawesi. Ia juga menggunakan ikan teri Medan untuk sambal teri.
Demikian pula untuk cabai yang menjadi bahan utama, Bu Nur memastikan kesegarannya demi menciptakan rasa yang lezat dan segar.
Tantangan saat ini menurut Bu Nur adalah mencari cara agar sambalnya bisa tahan lebih lama tanpa menggunakan pengawet. Dengan begitu, ia berharap sambalnya bisa dinikmati lintas daerah hingga lintas negara.
Untuk tingkat kepedasan, Sambal Uleg Mirue mempunyai tiga level yaitu level 1 (tidak pedas), level 3 (agak pedas), dan level 5 (pedas sekali). Dengan tingkatan tersebut, konsumen bisa memilih level pedas yang sesuai dengan kesukaan mereka.
Dengan kesibukan di sekolah selama lima hari kerja, Bu Nur membuka daftar order pada Sabtu sore melalui status WhatsApp dan Facebook, lalu mulai menyiapkannya pada hari Minggu sore. Pada Senin pagi, barulah sambal-sambal itu meluncur ke konsumen.
Selain pesanan dari teman-teman dan kerabat, Sambal Uleg Mirue juga bisa dipesan lewat Shopee yang tetap disesuaikan dengan rutinitas mengajarnya.
KOMENTAR ANDA