Ibu Negara Ukraina, Olena Zelenska/ Net
Ibu Negara Ukraina, Olena Zelenska/ Net
KOMENTAR

SEJAK invasi militer besar-besaran yang dilancarkan Rusia pada 24 Februari 2022, kehidupan rakyat Ukraina berubah drastis.

Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mencatat lebih dari lima juta warga Ukraina mengungsi ke sejumlah negara tetangga di kawasan Eropa.

Hampir lima bulan perang, rakyat Ukraina dipaksa untuk menyesuaikan kembali harapan mereka.

Dulu, mereka 'hanya' bersiap untuk konflik yang diperkirakan hanya akan berlangsung kilat layaknya 'sprint 100 meter'.

Tapi kini, mereka harus bergulat dengan kemungkinan bahwa perang ini akan menjadi lari 'maraton 10 kilometer'. Panjang, melelahkan, dan memporak-porandakan segala yang mereka miliki.

"Sangat sulit untuk bisa bertahan selama lima bulan. Kami harus mengumpulkan kekuatan dan kami juga harus menghemat energi," ujar Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska.

"Kami tidak bisa melihat akhir dari penderitaan kami," tambahnya.

Saat ini terbilang genting. Meskipun Ukraina meraih serangkaian kemenangan setelah awal invasi Rusia, kini tampaknya kondisi berbalik menguntungkan negara yang dipimpin Vladimir Putin. Terutama berkaitan dengan wilayah timur.

Pasukan Rusia telah menghancurkan sebagian besar pertahanan Ukraina di wilayah Luhansk dan mengetatkan kembali pengendalian di selatan.

Sang suami, Presiden Volodymyr Zelensky, mengatakan akan mengakhiri perang di Ukraina pada awal tahun depan. Hal itu ia sampaikan di hadapan para pemimpin negara G7 pada Senin (27/6/2022)

Kini, pertempuran terus berkecamuk di timur. Rudal menyerang ke seluruh penjuru negeri.

Salah satunya, menyerang sebuah pusat perbelanjaan yang menjadi tempat berlindung setidaknya bagi 1000 orang yang ada di dalamnya saat sirene serangan udara berbunyi. Puluhan orang masih hilang, dan baru belasan orang yang ditemukan meninggal dunia.

Olena—seperti juga suaminya—menyebut serangan itu sebagai "terorisme". Ia mengaku syok dengan kejadian itu dan kenyataannya, metode militer Rusia berkali-kali membuatnya terperangah.

"Kami syok berkali-kali. Saya tidak tahu apalagi yang akan mereka perbuat untuk mengejutkan kami," kata Olena.

Perang Memisahkan Keluarga

Olena menjelaskan bahwa ia dan anak-anaknya sudah tidak melihat Presiden Zelensky selama lebih dari dua bulan perang. Selama hari-hari awal perang, presiden tinggal di kantornya dan keluarga dilarang tinggal di sana untuk menjaga mereka tetap aman.

Pertempuran sejak itu bergerak menjauh dari Kyiv, memungkinkan keluarga untuk berkumpul. Namun tidak untuk waktu yang lama.

Bagi Olena, kehidupan sehari-hari tidak lagi diukur dengan periode waktu. "Tidak ada rencana jangka panjang. Kami hidup hari ini. Kami melakukan segala daya kami untuk memastikan bahwa hari ini tidak berlalu dengan sia-sia."

Setiap hari ia menjalankan dua tanggung jawab utamanya. Yang pertama, menjadi istri presiden, menerima wawancara media, dan menjalankan aktivitas kemanusiaan.

Yang kedua adalah menjadi seorang ibu. Sudah lebih dari dua bulan ia menjadi guru untuk anaknya. Karena persyaratan keamanan yang ketat, anaknya bahkan tidak dapat bergabung di kelas online. Ia mengajar bahasa Inggris, bahasa Ukraina, matematika, dan lainnya.

Tak ada pengalaman istimewa yang dialami keluarganya. Ia memperkirakan setengah dari keluarga di Ukraina telah dipisahkan oleh perang.

"Hubungan (keluarga) kami terputus, sama seperti semua orang Ukraina. Dan kami, seperti setiap keluarga lain, sedang menunggu untuk dipersatukan kembali, untuk bisa bersama lagi," ujar Ibu Negara lirih.

 




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women