Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

TIDAK semua pasien Covid-19 bisa benar-benar terlepas dan sembuh total dari dampak virus itu. Office for National Statistics menyebutkan, lebih dari dua juta orang dewasa dan lebih dari 100 ribu anak-anak di Inggris yang sudah sembuh dari Covid-19 memiliki kondisi yang disebut long Covid. 

Para ilmuwan dan dokter berupaya mencari tahu apa yang menyebabkan seseorang menderita long Covid dan meneliti lebih mendalam mengenai gejala yang dialami pasien. Ternyata, beberapa gejala timbul karena disebabkan oleh infeksi kelenjar tiroid yang sudah berlangsung lama. 

Peneliti dari University of Milan, mengatakan, Kelenjar tiroid terletak di leher dan bertanggung jawab untuk produksi hormon yang diperlukan agar tubuh berfungsi dengan baik.

Illaria Muller dari University of Milan mengatakan ada hubungan yang jelas antara disfungsi tiroid dan penyakit Covid-19.

"Virus penyebab Covid-19 dapat memengaruhi cara kerja kelenjar ini hingga satu tahun setelah infeksi awal," katanya. 

Hormon yang dilepaskan kelenjar tiroid ke dalam tubuh sangat penting untuk pertumbuhan, metabolisme, dan perkembangan tubuh. Selanjutnya, kelenjar akan mengeluarkan hormon ekstra saat tubuh membutuhkan dorongan energi, seperti saat hamil.

Dalam sebuah penelitian terhadap pasien Covid-19, tiroiditis memang sering terjadi. Tiroiditis terjadi ketika kelenjar tiroid meradang. Gejalanya sendiri tergantung pada jenis tiroiditis yang diderita pasien.

Tergantung pada bentuk kondisinya, tiroiditis dapat diobati dengan antibiotik. Sementara itu, fokus berlanjut bukan hanya pada penyebab long Covid, tapi bagaimana penanganannya.

Para peneliti di University College London sedang mencari tahu kemungkinan pengencer darah dapat digunakan untuk meringankan gejala. Dasar di balik percobaan ini adalah karena hubungan antara Covid-19 dan peningkatan risiko pembekuan darah.

Hasilnya, pengencer darah dapat membantu mengurangi risiko terkait Covid-19. Uji coba Stimulate-ICP, yang akan segera memulai perekrutan relawan, akan menjadi salah satu uji coba pertama di  Inggris yang melihat keterkaitan ini.

Meskipun ada kemungkinan pengencer darah bisa efektif, perlu ada penelitian yang lebih khusus untuk melihat kemanjuran antikoagulan (pengencer darah). 

"Seperti yang kami lakukan dengan perawatan untuk pasien dengan kondisi akut," terang Prof Betty Raman dari University of Oxford, seperti dilansir laman Express, Jumat (1/7).




3 Resolusi Sehat Menjelang Tahun 2025: Jangan Abai Mengelola Stres

Sebelumnya

Cara Mengolah Kentang yang Tepat Agar Nutrisinya Terjaga

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health