Laila Shawa/Net
Laila Shawa/Net
KOMENTAR

BERJUANG tidak harus dengan angkat senjata. Perjuangan tidak melulu identik dengan kekerasan dan baku tembak. Tapi berjuang bisa dilakukan dengan memberikan kehidupan yang layak untuk anak-anak korban perang, hingga duduk di kursi pemerintahan.

Kiranya seperti itulah yang dilakukan oleh lima tokoh wanita inspiratif dari Palestina ini. Mereka ingin menghapus stigma bahwa wanita Palestina bukanlah seorang teroris. Mereka bisa berjuang dengan kecerdasan pikiran dan kemampuan lain yang dimiliki.

Kelima tokoh wanita ini menjadi gambaran betapa hebatnya perjuangan seluruh rakyat Palestina demi kebebasan dan kemerdekaan. Mereka tidak hanya menginspirasu wanita di tanah kelahirannya saja, tapi seluruh wanita di dunia.

1. Laila Shawa

Wanita kelahiran Gaza pada 1940 ink adalah salah satu pemilik tanah. Namun, di usianya yang baru menginjak 8 tahun, ia harus meninggalkan tanah kelahiran dan menetap di London dan bekerja di Vermont.

Shawa ramaja lalu mengenyam pendidikan di Sekolah Seni Leonardo da Vinci di Kairo dan Akademi Seni Rupa di Roma. 

Berbekal pendidikannya ini, Shawa berjuang untuk membebaskan tanah kelahirannya. Ia membentuk ruang di mana seluruh masyarakat Palestina bisa memberikan suaranya di saat mereka tidak dapat berbicara, bahkan untuk dirinya sendiri.

Dan lewat karya seninya, Shawa membuat pameran di seluruh dunia. Dan baru-baru ini karyanya selalu dikaitkan dengan kritik sosio-pilitik terhadap peran perempuan di dunia Arab, mengangkat isu-isu kolonialisme, patriarki, ekstremisme, dan seksisme.

2. Linda Sarsour

Meskipun bukan lahir di tanah Palestina, Linda ikut berjuang memberikan kebebasan bagi masyarakat di jalur Gaza. Wanita kelahiran New York, Amerika serikat pada 1980 ink adalah seorang aktivis keadilan rasial dan hak sipil.

Sejumlah penghargaan diraihnya lantaran ibu tiga anak ini aktif mengorganisir komunitas dan pejuang Islam.

Linda adalah sosok wanita yang ambisius  blak-blakan, dan berani. Ia selalu berada di garis depan saat mengampanyekan hal-hak sipil, termasuk meminta diakhirinya pengawasan terhadap komunitas muslim di New York. Dia juga yang membangun solidaritas di antara komunitas Muslim Amerika.

Tergabung dalam Justice League NYC, sekelompok aktivis dan seniman yang berdedikasi untuk reformasi sistem peradilan pidana, Linda merupakan sosok penyelenggada Women's March, Januari lalu.

3. Susan Abulhawa

Lahir di At-Tur, Yerusalem pada 3 Juni 1970, Susan Abulhawa dikenal sebagai penulis Palestina dan aktivis hak asasi manusia. Dia juga menulis berbagai buku dan pendiri organisasi non pemerintah, yaitu Playgrounds for Palestine. Dan saat ini ia tinggal di Pensylvania, Amerika Serikat.

Dalam perjalanan karirnya di bidang kedokteran, lulusan Pfeiffer University ini terinspirasi menulis novel berjudjl "Mornings in Jenin". Novel ini dibuatnya terinspirasi oleh keberanian dan kemanusiaan warga Jenin, sebuah gambaran tentang rasa ketidakberdayaan Palestina.

4. Hanan Hroub

Masa kecil wanita kelahiran Betlehem, 6 Maret 1972 ini sangat menyedihkan. Sejak kecil ia tinggal di kamp pengungsi dan sering mengalami kekerasan. Ia menyaksikan bagaimana anak kecil di sana tidak mendapatkan pendidikan yang benar.

Akhirnya Hanan mengabdikan dirinya sebagai guru untuk menghilangkan trauma setelah anak-anak menyaksikan sendiri penembakan-penembakan. Ia juga membantu anak-anak mengembangkan perilaku sehat dalan menghadapi trauma.

Pendekatan yang dilakukan Hanan berfokus pada pengembangan hubungan kepercayaan, rasa hormat, kejujuran, dan kasih sayang terhadap murid-muridnya. Juga pentingnya literasi dalam hubungannya dengan lingkungan kelas yang aman.

Dan upayanya berhasil. Angka perilaku kekerasan di sekolah berkurang. Sejumlah rekan-rekannya pun ikut membantu meninjau metode pengajaran, strategi pengelolaan kelas dan sistem penghargaan mereka.

Langkahnya berbuah manis. Pada 2016 Hanan dianugerahi Penghargaan Guru Global.

5. Hanan Ashrawi

Adalah seorang sarjana Palestina yang beragama Kristen Anglikan. Pemilik nama lengkap Hanan Daud Khalil Ashrawi ini terkenal sebagai seorang jurubicara Palestina yang paling fasih.




Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Sebelumnya

Nicke Widyawati Masuk Fortune Most Powerful Women 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women