SETIAP manusia memiliki kepribadian masing-masing. Ada yang terbuka (ekstrovert) dan ada yang tertutup (introvert). Semua punya keunikannya tersendiri.
Ketika berteman dengan si ekstrovert, dunia serasa lebih terbuka. Ketika dia marah, sedih, atau bahagia, bisa terlihat jelas dari raut wajahnya.
Beda dengan si introvert. Sebagai teman, kita harus mengerti betul apa yang sedang dirasakannya. Sebab ketika emosinya sedang marah, sedih, atau bahagia, ia memasang muka yang sangat datar.
Tapi tetap saja, ada ekspresi tak biasa yang ditunjukkan si introvert, terutama ketika marah, yang apabila jeli melihatnya maka kita akan tahu apa yang sedang terjadi pada si introvert.
Ada 5 tanda atau ciri yang menunjukkan bahwa si introvert sedang marah.
Menghindar
Karena si introvert memiliki sifat dasar menutup diri, maka ketika sedang marah pun mereka menunjukkannya dengan menghindari kita. Dengan demikian mereka merasa itulah cara mereka keluar dari masalah.
Tidak hanya saat bertemu, si introvert juga akan menghindar saat kita menghubungi lewat medsos. Ia tidak akan buru-buru membalas chat.
Butuh waktu bagi si introvert untuk mau berbicara lagi dengan kita.
Apatis atau masa bodo
Saat si introvert sedang marah atau kecewa, ia akan menjadi sosok yang ‘sebenarnya’, yaitu cenderung apatis, cuek, dan masa bodo dengan apa yang terjadi pada kita.
Semakin menyukai kesunyian
Orang-orang introvert memang menyukai kesunyian. Mereka punya istilah, “Love the private place”. Bukan karena mereka tidak mau bersosialisasi, tapi kesunyian adalah salah satu cara untuk si introvert mengembalikan energi positifnya. Jadi jangan heran, kalau sedang marah si introvert bisa ‘menghilang’ sesaat.
Perhatikan apa yang dikerjakannya
Berbeda dengan si ekstrovert, orang yang introvert tidak akan berteriak atau memaki saat mereka marah. Yang dilakukannya lebih pada menyalurkan energi negatif pada benda-benda mati.
Jadi coba perhatikan apa yang mereka kerjakan saat marah, apakah melampiaskannya dengan cara menulis, merusak benda, atau hal lain yang ada hubungannya dengan benda mati.
Di zaman teknologi seperti sekarang, si introvert lebih mudah menyalurkan emosi lewat status, unggahan foto plus caption yang menerangkan sesuatu, bahkan video.
Menggunakan kesibukannya sebagai pelarian
Terkait dengan poin di atas, si introvert lebih senang bekerja ekstra saat mereka marah. Bukan karena ingin menyelesaikan pekerjaan tersebut lantaran sedang diburu deadline, tapi sebagai pelarian dan penyaluran emosi.
Jadi, daripada menyalurkan emosinya kepada orang lain, si introvert lebih senang menjauh, mencari tempat-tempat yang sunyi, kemudian memperbanyak aktivitas sebagai bentuk pelarian.
Tapi bukan sekadar melarikan diri dari masalah, sikap tersebut dipilih justru untuk mengumpulkan kembali energi positif yang jika telah terisi penuh artinya ia siap untuk membuka diri kembali dengan kita tanpa ada sisa emosi.
KOMENTAR ANDA