PEMERINTAH selalu mengingatkan, bahwa Covid-19 masih ada. Namun masyarakat seolah abai dan tidak lagi menganggap Covid sebagai hal yang menakutkan.
Padahal, Covid-19 ini bisa mereinfeksi penyintas. Tak hanya sekali, reinfeksi bisa terjadi berkali-kali, sepanjang si penyintas mengabaikan protokol kesehatan. Apalagi varian Omicron terbaru, yaitu BA.4 dan BA.5, yang memiliki kemampuan menginfeksi kembali penderitanya hanya dalam hitungan hari.
Bahaya utama dari itu semua adalah Long Covid atau gejala Covid, seperti sesak napas atau batuk, yang tidak kunjung sembuh meskipun pasien sudah dinyatakan negatif terinfeksi virus Corona.
Mengutip Instagram Pandemic Talks, orang yang baru terinfeksi Covid-19 dan mengalami long Covid akan merasakan kelelahan dan brain fog sehingga sulit untuk berpikir.
Ketika terjadi reinfeksi, long Covid yang terjadi semakin parah, seperti batuk yang sulit disembuhkan. Dan saat reinfeksi untuk kedua kalinya, penyintas akan mengalami long Covid seperti tidak kuat olahraga ringan hingga gula darah naik (diabetes).
“Infeksi ulang menambah atau memberikan kontribusi risiko kesehatan tambahan. Ini tidak sepenuhnya ‘ringan’ dan orang-orang harus berusaha menghindari infeksi ulang,” kata peneliti studi reinfeksi Ziyad Al-Aly, MD.
Kemungkinan terinfeksi masih ada, meskipun seseorang sudah mendapat vaksinasi lengkap. Walaupun ketika terinfeksi gejalanya ringan, namun long Covid belum tentu bisa dihindari.
“Mungkin juga infeksi pertama melemahkan beberapa sistem organ dan membuat orang lebih rentan terhadap risiko kesehatan ketika ia mendapatkan infeksi kedua atau ketiga,” ujar ahli epidemiologi klinis di Universitas Washington itu.
Memang ada banyak variabel yang berperan, tetapi jelas bahwa reinfeksi berkontribusi pada masalah kesehatan tambahan dan harus dihindari.
Cara menghindarinya adalah dengan mematuhi protokol kesehatan dan melengkapi vaksinasi. 
KOMENTAR ANDA