MAHA Suci Allah yang telah menjadikan Khadijah sebagai teladan bagi segenap muslimah sepanjang masa. Dirinya yang merupakan perempuan terhormat telah memilih jalan cinta yang terdahsyat hingga sukses bersanding dengan Nabi Muhammad saw.
Perjalanan dagang ke Syam bukan perkara bisnis belaka, melainkan proses penjajakan dari Khadijah tentang pemuda yang dikaguminya. Khadijah memberi amanah kepada pelayannya Maisarah agar mengamati dengan cermat kepribadian Nabi Muhammad. Dari laporan orang kepercayaannya maka Khadijah dapat menyimpulkan perasaan cinta yang mekar di hatinya memerlukan pelabuhan yang halal.
Ibnu Hisyam dalam buku Sirah Nabawiyah (2019: 83-84) menguraikan, setibanya di Mekah, Maisarah segera menemui Khadijah dengan membawa hasil penjualan barang dagangan yang mencapai harga dua kali lipat atau mendekati itu. Maisarah juga menceritakan ucapan rahib dan naungan malaikat pada Nabi Muhammad sebagaimana yang dilihatnya.
Khadijah adalah perempuan bijak, mulia, lagi cerdas, dan Allah memberikan segala kehormatan kepadanya. Khadijah adalah perempuan yang memiliki garis keturunan mulia di tengah-tengah kaumnya, terhormat, lagi pula kaya raya.
Kendati Khadijah diriwayatkan telah berusia 40 tahun, tetapi dirinya tetaplah perempuan cantik, matang dan juga kharismatik. Banyak lelaki terhormat dari suku Quraisy yang datang meminang Khadijah. Akan tetapi janda itu tidak tergoyahkan sedikitpun, seperti ada kekuatan langit yang menjaga hatinya agar tidak tergelincir.
M. Khalilurrahman Al-Mahfani dalam buku Wanita Idaman Surga (2012: 252) menerangkan, sebelum ada yang menikahinya, Khadijah pernah dipinang Waraqah bin Naufal, tetapi tidak sampai dinikahi. Kemudian beliau menikah dengan Abu Halah yang nama sebenarnya adalah Hindun bin Nabbash bin Zurarah dari keluarga Tamim. Ayahnya seorang yang terkemuka di kaumnya, dan bersekutu dengan Abdud Dar bin Qusay.
Pernikahan Khadijah dengan Abu Halah berdasarkan aturan bahwa Bani Quraisy harus menikah dengan sekutu mereka. Pernikahan antar pihak itu menghasilkan dua orang anak laki-laki yang bernama Hindun dan Halah. Pernikahan itu tidak berlangsung lama karena Hindun bin Nabbash meninggal dunia.
Kemudian Khadijah binti Khuwailid menikah lagi dengan Atiq bin Abid dari keluarga Al-Makhzum yang masih termasuk golongan bangsawan Quraisy. Pernikahan itu pun tidak berlangsung lama karena Atiq meninggal dunia. Dari pernikahan ini lahir anak perempuan yang diberi nama Hindun.
Khadijah merupakan magnet kota Mekah dengan berbagai keutamaan yang dimilikinya. Sekalipun telah menjanda dua kali tidaklah memudarkan pesona Khadijah yang tetap menghadapi berbagai lamaran dari pria-pria terhormat.
Karena perhatiannya tertuju kepada pemuda yang lagi viral kepribadian luhurnya. Nabi Muhammad menjadi buah bibir gadis-gadis Mekah, karena beliau juga lelaki yang menawan hati. Nabi Muhammad digambarkan sebagai sosok yang berparas indah.
Muhammad Husain Haekal dalam buku Sejarah Hidup Muhammad (2007: 68) menguraikan, perawakannya sedang, tidak terlampau tinggi, juga tidak pendek, dengan bentuk kepala yang besar, berambut hitam-pekat dan berombak. Dahinya lebar dan di atas matanya yang lebar dan hitam, ada sepasang alis yang lengkung lebat dan bertaut.
Di tepi-tepi putih matanya agak kemerahan, sehingga tampak lebih menarik dan berwibawa. Pandangan matanya tajam, dengan bulu mata yang hitam. Hidungnya serasi dan halus, dengan barisan gigi yang bercelah-celah. Cambangnya lebat sekali, berleher jenjang dan indah. Dadanya lebar dengan kedua bahu yang bidang. Warna kulit terang dan jernih dengan kedua telapak tangan dan kakinya yang tebal.
Bila berjalan badannya agak condong ke depan, melangkah cepat-cepat dan pasti. Air mukanya membayangkan renungan dan penuh pikiran, pandangan matanya menunjukkan kewibawaannya, membuat orang patuh kepadanya.
Semakin lengkap sudah keterpesonaan itu yang membuat Khadijah kian terbuka hatinya untuk lelaki yang dijuluki Al-Amin, dan memantapkan tekad menjadikannya calon suami idaman.
Syukurlah Khadijah punya sahabat baik bernama Nafisah yang memahami benar ada api cinta yang menyala nun jauh di lubuk hati. Dan Nafisah pula yang maju menemui Nabi Muhammad untuk sebuah proposal pernikahan.
Ya, kepribadian Nabi Muhammad bagaikan magnet yang menimbulkan ketertarikan banyak pihak. Bedanya, Khadijah adalah perempuan dengan kepercayaan diri menakjubkan. Dia tidak memendam rasa nan indah itu yang dapat berujung dilema batin yang tanpa kejelasan.
Apabila mengajukan proposal pernikahan terhadap lelaki berakhlak baik, maka dirinya akan merespons dengan baik pula, entah itu menerima dengan baik atau menolak dengan baik-baik pula.
Terlebih dulu Nafisah menanyakan perihal kesiapan Nabi Muhammad untuk menikah. Kemudian barulah Nafisah mengutarakan tentang sosok perempuan berakhlak baik, berbudi luhur, cerdas dan dinilai sekufu dengan beliau. Tentunya Rasulullah penasaran tentang siapa sosok perempuan yang dimaksudkan oleh Nafisah.
Ibnu Al-Jauzi dalam Ensiklopedia Sahabat (2005: 53-54) menceritakan, Nafisah binti Muniyah berkata, “Apakah kamu mau menerima wanita itu?”
Rasulullah bertanya, “Siapakah wanita itu?”
Aku menjawab, “Khadijah.”
Rasulullah berkata, “Bagaimana itu bisa terjadi?”
Aku berkata, “Biar aku yang mengaturnya.”
Rasulullah bersabda, “Kalau begitu aku mau.”
KOMENTAR ANDA