KETIKA si kecil beranjak remaja, semakin banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupannya. Tugas Ayah Bunda akan semakin berat, saat anak mengalami pubertas.
Bagi kebanyakan orangtua, membesarkan seorang remaja adalah fase di mana Ayah Bunda merasa diintimidasi.
Mama misalnya, akan merasa kesulitan untuk mengetahui kapan harus mengalah dan kapan harus berdiri teguh pada pendirian. Atau kapan harus campur tangan dan kapan harus membiarkannya bersama teman dekatnya.
Tapi tidak perlu sampai begitu ya, Bunda. Ada cara yang bisa Bunda gunakan untuk me-menej perasaan remaja.
Jangan Panik
Step pertama, jangan panik! Ketika Bunda mendengar anak curhat tentang seseorang yang sedang disukai, bersikaplah dengan wajar.
Jika Bunda menanggapinya dengan berlebihan, anak bisa saja merasa takut atau justru tidak mau lagi bercerita.
Jadi Pendengar yang Baik
Tampung semua cerita anak, dengarkan dengan baik apa yang sedang dirasakannya. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya agar Bunda bisa memberikan saran yang pas kepada mereka.
Berikan Pengertian
Setelah semua cerita didengar, mulailah beri pengertian tanpa menyudutkan. Jelaskan bahwa apa yang dirasakannya sangat wajar, karena mereka mulai beranjak dewasa.
Tapi ingatkan pula, bahwa hal tersebut akan terjadi ketika mereka dewasa, sudah sebesar Ayah dan Bunda.
Jelaskan Tentang Cinta
Tahap selanjutnya adalah menjelaskan tentang cinta sesuai usianya. Beri lengertian bahwa semua orang akan merasakan jatih cinta.
Tidak hanya kepada lawan jenis, cinta juga bisa diberikan kepada orangtua adik/kakak, bahkan mahluk hidul lainnya.
Jelaskan Tentang Batasan
Lanjutkan penjelasan Bunda tentang batasan-batasan menyukai lawan jenis. Misalnya, tidak boleh melakukan kontak fisik secara langsung dan disengaja. Berikan pengertian, bahwa meskipun ada kedekatan namun tetap harus berteman dengan sewajarnya.
Sampaikan Pesan Moral
Setiap ada kesempatan atau setelah anak bercerita, Bunda bisa memberikan pesan moral agar selalu diingatnya. Bisa juga Bunda yang memulai cerita (baik nyata maupun karangan belaka) dan gunakan perumpamaan di akhir cerita.
Intinya, jalin komunikasi yang baik dengan anak di masa pubertasnya. Jangan terlalu keras dan tetap lakukan kontrol semaksimal mungkin, karena anak memang membutuhkan kehadiran orangtua di sampingnya untuk melewati fase yang tidak mudah ini.
KOMENTAR ANDA