PASSION atau minat seseorang terhadap sesuatu merupakan anugerah yang Allah Subhanahuwata’ala berikan sebagai salah satu keunikan yang kita miliki. Selain menjadi keunikan passion ini juga dapat menjadi bekal untuk mencari penghasilan.
Seperti yang dilakukan oleh Ria Vertika, perempuan yang memiliki minat dan hobi membuat kerajinan tangan yang saat ini berbisnis alat-alat craft di bilangan Masnaga, Bintara, Bekasi Barat.
Berawal dari memiliki hobby menjahit baju boneka Barbie ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), Ria menemukan minatnya di dunia jahit-menjahit dan aneka kerajinan tangan.
“Awalnya sering melihat Mama menjahit, koq sepertinya menyenangkan. Akhirnya saya katakan pada Mama, kalau saya ingin belajar menjahit, ingin membuat baju-baju Barbie yang lucu-lucu. Lalu dibantu Mama, akhirnya jadi deh baju-baju Barbie itu” kenang Ria pada memori masa kecilnya.
Hobi itu didukung oleh sang Ibu yang memang memiliki kepandaian menjahit. Ria dibantu oleh sang Ibu membuat aneka baju Barbie mainannya.
Beranjak dewasa, Ria belum memahami bahwa hobinya merupakan minat atau passionnya. Sehingga dia memilih jalur sekolah umum sebagai jenjang pendidikannya.
“Dulu belum terbuka jalannya ya. Belum paham juga kalau sebenarnya minat saya itu di bidang jahit menjahit dan aneka kerajinan tangan, akhirnya sekolah yang dipilih adalah yang umum, seperti SMA dan kuliah akuntansi.”kata Ibu beranak tiga yang juga lulusan Universitas Trisakti tahun 2001 itu.
Menemukan Passion
Selepas kuliah, Ria bekerja pada sebuah perusahaan perhiasan besar di Jakarta. Ketika bekerja Ria menyadari bahwa ketertarikannya pada dunia jahit menjahit semakin besar. Akhirnya dia memutuskan mengundurkan diri setelah dua tahun bekerja pada perusahaan tersebut. Ria lalu mengambil kursus menjahit di sebuah lembaga kursus jahit menjahit yang cukup ternama di wilayah Rawamangun, Jakarta.
Orangtua Ria sangat support dengan hobinya tersebut, bahkan sang Ibu menganjurkannya untuk mengambil kursus yang lain, tidak hanya menjahit tetapi juga les payet dan merajut pada lembaga tersebut.
Ternyata les menjahit dan payet yang dia jalani bermanfaat ketika Ria akan menikah. Pada tahun 2007 Ria dilamar oleh Dono Faisal Pranoto yang merupakan teman kuliahnya yang juga tinggal satu komplek dengannya. Ketika akan menikah, Ria merancang sendiri baju pernikahannya, tidak hanya itu, Ria juga yang menjahit payet-payet pada baju tersebut.
“Ada hasilnya ikut les. Jadi bisa merancang baju pengantin sendiri dan baju pengantin suami. Tukang jahit hanya membantu menjahitkan saja. Polanya saya yang bikin. Saya juga yang menjahit payet-payet pada kebayanya,” ujar Ria sambil tertawa.
Ketika hamil dan punya anak, Ria meneruskan hobi menjahit dan merajut. Didukung oleh sang suami, Ria diberi waktu Sabtu dan Minggu untuk kembali kursus privat merajut. Dan di hari itu sang suami yang membantu menjaga anak-anak di rumah.
“Suami pingin saya punya “Me Time” agar bisa bersosialisasi dan tidak jenuh di rumah. Saya diberi waktu Sabtu dan Minggu, ketika suami libur bekerja, agar bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang saya suka, sementara dia di rumah menjaga anak-anak,” ungkap Ria.
Akhirnya ia pun berburu kursus-kursus merajut dan aneka kerajinan tangan. Sempat mengikuti berbagai kursus privat merajut dan kerajinan tangan membuat Ria memiliki berbagai keahlian dalam merajut dan membuat aneka kerajinan tangan. Segala hal yang bisa dijadikan kerajinan tangan dia kerjakan, termasuk menghias pot dengan memanfaatkan roll rambut bekas milik ibunya.
Tidak hanya itu Ria pun menjual aneka rajutannya di sosial media, kala itu yang booming adalah Facebook. Ria menerima berbagai pesanan rajutan, termasuk sepatu-sepatu bayi yang lucu. Ria mulai berhenti menerima merajut ketika melahirkan Lala, anak ke-3 nya.
Ketika datang pada Inacraft pada tahun 2014, sebuah event pameran kerajinan tangan berskala nasional di Jakarta, Ria tertarik pada Decoupage, seni menempel gambar pada sebuah benda
Ria pun bersemangat untuk mencoba hal baru tersebut. Ria kembali berburu kursus, kali ini dia mengikuti kursus Decoupage.
Kursus itu membuatnya men”Decoupage” segala hal yang ada di rumahnya, termasuk talenan dan kaleng-kaleng bekas biskuit, yang akhirnya menjadi pajangan-pajangan cantik di rumahnya.
Perkenalan Ria dengan dunia rajut-merajut dan Decoupage menghantarkannya masuk ke berbagai komunitas kerajinan tangan. Tidak hanya masuk ke komunitas yang ada, Ria pun bersama teman-temannya mendirikan komunitas yang diberi nama Qtacrafty. Di komunitas-komunitas tersebut Ria mengikuti berbagai workshop, yang bertukar berbagai ilmu dan perkembangan kerajinan tangan, serta saling menjual aneka kerajinan tersebut.
Tidak hanya sering mengikuti Workshop, komunitas tersebut juga pernah mengadakan lomba Decoupage di Gramedia Harapan Indah, beberapa tahun silam.
“Saat itu Decoupage sedang naik daun, sampai pernah Gramedia minta komunitas kita mengadakan lomba Decoupage di toko mereka. Akhirnya saya dan 3 orang teman bergerak untuk mengadakan event tersebut,” kisah Ria.
“ Waktu itu antusiasmenya sangat tinggi ya. Peserta lombanya cukup banyak,jurinya adalah para master Decoupage, hasilnya pun bagus-bagus. Ketika itu kita sampai disponsori oleh Dextone,” Ria menambahkan.
KOMENTAR ANDA