Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

TERSEBUT seorang pensiunan yang memiliki hobi menulis duduk di ruang kerjanya. Setelah beberapa saat termenung, dia mengambil pena dan bukunya.

Penulis itu pun mulai menulis sesuatu yang membuatnya gundah.

“Tahun lalu adalah tahun yang suram untuk saya. Pada tahun itu, saya harus menjalani operasi empedu, yang menyebabkan saya harus dirawat di rumah sakit dan terbaring cukup lama di ranjang.

Di tahun yang sama, saya berusia 56 tahun dan memasuki usia pensiun. Saya keluar dari pekerjaan yang amat saya sukai dan sudah saya tekuni selama 30 tahun.

Pada tahun tersebut pula saya ditinggalkan ayah saya, beliau wafat tiba-tiba dalam keadaan tidur, tanpa memberi pesan sebelumnya kepada saya.

Dan masih pada tahun yang sama, anak saya gagal mengikuti ujian akhir kedokteran, karena ia mengalami kecelakaan mobil, dan saya harus mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk memperbaiki mobil tersebut.”

Di bagian akhir tulisannya ia menambahkan dengan gemetar penuh emosi dan tangis yang tertahan
“Benar-benar tahun yang amat buruk bagi saya karena penuh kesedihan dan penderitaan.”

Istri sang penulis masuk dan melihat suaminya sedang bersedih dan menangis. Sang istri memegang pundak sang suami dari belakang dan sekilas melihat tulisan yang dibuat suaminya itu. Perlahan-lahan sang istri mundur dan keluar ruangan, memberikan kesempatan kepada sang suami menumpahkan kesedihannya.

Sang istri masuk ke kamar dan mulai menulis sesuatu di meja riasnya.

Setelah selesai menulis, sang istri masuk kembali ke ruang kerja suaminya dan meletakkan tulisan di meja kerjanya.

Sang suami yang sudah mulai tenang membaca tulisan sang istri.

“ Alhamdulillah, tahun lalu suami saya berhasil menyingkirkan batu empedu yang selama berbulan-bulan membuat perutnya sakit. Alhamdulillah, di tahun yang sama suami saya bisa pensiun dengan sehat dan bahagia. Saya sangat bersyukur suami saya diberi kesempatan berkarya dan memiliki penghasilan tetap selama 30 tahun untuk menghidupi keluarga kami. Dan sekarang kami bisa terus bersama-sama. Suami saya pun bisa menggunakan waktunya untuk menulis yang sudah menjadi hobinya sejak dulu.”

“Alhamdulillah pada tahun itu pula bapak mertua saya wafat di usianya yang ke 80 tahun, tanpa sakit apa-apa. Beliau berpulang ke Rahmatullah dengan tenang dan damai. Allah benar-benar menyayanginya. Masih di tahun yang sama, saya tak henti mengucap syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala, karena atas perlindungan-Nya anak kami selamat dari kecelakaan yang membuat mobil kami rusak. Kami memang mengeluarkan biaya besar untuk memperbaiki mobil tersebut, tapi tidak mengapa karena yang terpenting adalah anak kami selamat.”

Di akhir kalimat sang istri menulis.

“Sungguh tahun yang penuh berkah yang luar biasa dari Allah Subhanahuwata’ala. Kami melewati tahun itu dengan rasa takjub dan bersyukur.”

Sang penulis membaca tulisan sang istri dengan penuh rasa haru. Air matanya mengalir, hatinya menghangat. Ia berterima kasih kepada sang istri karena telah memberinya sudut pandang yang berbeda dari peristiwa yang dialaminya.

Cerita diatas menggambarkan dua sudut pandang yang berbeda ketika mengalami satu peristiwa. Sang suami memandang dari sisi yang negatif, namun istrinya melihat dari kacamata positif.

Ketika kita mengalami sesuatu hal, sudut pandang kita akan menentukan suasana hati kita.

Bila kita memandang hal tesebut dari sisi yang negatif, maka yang akan kita rasakan adalah kesedihan dan penderitaan. Kita akan sulit menemukan ketenangan dan kebahagiaan.

Namun sebaliknya bila kita melihatnya dari sisi positif, maka kita akan menemukan hikmah dan kebahagiaan dari kejadian tersebut. Hati kita akan terasa lapang dan tenang dalam menerima ketetapan-Nya.

Untuk itu, mari kita berlatih untuk melihat segala sesuatu dari sisi yang positif, agar hidup kita menjadi penuh berkah dan keindahan.

Bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur, namun rasa bersyukurlah yang akan melahirkan kebahagiaan.

 

 




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur