TIDAK ada yang salah menjadi orangtua tunggal. Kita tetap bisa mendidik anak dengan penuh kasih sayang dan menjadikannya orang yang berguna di kemudian hari. Memang sulit, tapi tak ada yang tak mungkin.
Sepenggal kisah Shafiyyah binti Maimunah Asy-Syaibanj ra ini bisa dijadikan inspirasi, bagaimana seorang ibu, tanpa seorang pendamping (suami meninggal dunia), berjuang membesarkan anaknya hingga menjadi seorang imam besar, ahli agama, bernama Ahmad bin Hanbal ra.
Shafiyyah adalah seorang istri yang ditinggal pergi suaminya yang gugur di medan perang. Usia Shafiyyah saat itu masih 20, ia menolak semua pinangan laki-laki dan memilih membesarkan Ahmad kecil seorang diri.
Di saat banyak ibu membiarkan anaknya bermain dengan keluguannya, Shafiyyah mulai mengenalkan Ahmad kecil pada Rabb-nya, Rasul, dan agamanya. Dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan kecintaan pada Tuhannya, beliau berhasil menghantarkan Ahmad kecil menjadi salah satu imam besar bagi umat Islam.
Begitu lembutnya Shafiyyah mendidik Ahmad. Hal ini diperlihatkan dari sedikit cerita tentang caranya mendidik sang imam besar.
Jari jemari itu menyentuh kepala Ahmad kecil, kemudian mengelusnya dengan lembut.
“Nak, bangun. Ibu sudah siapkan air untuk wudhumu,” kata Shafiyyah sambil menarik selimut Ahmad.
“Bu, aku mau berangkat sebelum adzan berkumandang,” ucap Ahmad sambil menggeliat.
“Setelah adzan, ya nak,” jawab Shafiyyah sambil meletakkan pakaian shalat anaknya di atas kasur.
“Tapi, bu. Aku mau duduk di dekat ustad, agar suaranya lebih terdengar,” bujuk Ahmad.
Shafiyyah terdiam sesaat, kemudian menuntun Ahmad untuk menyegarkan tubuhnya.
“Nanti, kalau sudah besar Ahmad boleh berangkat sebelum adzan berkumandang,” ucapnya sambil merapikan pakaian Ahmad.
Setelah adzan berkumandang, dituntunnya Ahmad kecil pergi ke masjid. Sampai di dekat masjid, ibunya berucap, “Nak, masuklah. Ibu tunggu kamu di sini.”
Maka pergilah Ahmad dengan hati riang dan siap untuk menimba ilmu dengan diiringi doa ibu.
Potret Shafiyyah mengajarkan kita, bahwa seorang ibu bukan hanya dia yang selalu mengangguk pada permintaan anak. Tapi dia yang mampu mengajaknya pada ketaatan lalu menyabarkan hatinya.
Imam Ahmad berkata, “Ibuku mengajariku hafalan Al Quran saat usiaku menginjak 10. Ketika usiaku sudah 16, ia berkata padaku, ‘Pergilah untuk belajar hadits, karena perjalanan belajar hadits merupakan hijrah kepada Allah.”
Shafiyyah adalah salah satu bukti bahwa orangtua adalah wasilah pertama perkenalan seorang hamba dengan rabb-nya, sebagaimana para nabi mewasiatkan peribadahan yang satu, yaitu pada Allah SWT.
KOMENTAR ANDA