Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

SPEECH delay atau terlambat bicara pada anak menjadi permasalahan serius bagi perkembangan anak di Indonesia. Apalagi saat pandemi, jumlah anak yang terlambat bicara meningkat. Gawai dan televisi dianggap menjadi penyebab utamanya.

Menurut dr Ajeng Indriastari, SpA, anak yang mengalami speech delay bisa dilihat dari kurang mengeluarkan suara, merespon suara, tidak mengerti gestur orang sekitar, dan tidak memiliki kemampuan konsonan seusuai usia.

Namun benarkah kondisi itu disebabkan aktivitas menonton televisi atau melihat gawai yang terlalu tinggi?

Pada Pediatric Academic Societies Meeting (2017), terdapat beberapa temuan yang menyolok mengenai keterkaitan antara perkembangan bicara dan menonton. Hal ini berdasarkan sebuah studi dari Hospital for Sick Children, Kanada, yang melibatkan 900 anak usia 6 bulan dan 2 tahun.

Dalam studi itu, orangtua diminta untuk melaporkan jumlah waktu yang dihabiskan anak mereka dalam menggunakan layar elektronik, dalam hitungan per hari pada usia 18 bulan. Hasilnya, 20 persen anak menghabiskan waktu 28 menit sehari untuk menonton.

Kesimpulannya ternyata mengkhawatirkan. Bahwa setiap tambahan 30 menit waktu layar per hari dikaitkan dengan 49 persen peningkatan risiko keterlambatan bicara ekspresif. Kondisi ini ditandai dengan hambatan anak dalam menggunakan suara dan kata-kata untuk berkomunikasi.

Jadi ternyata, banyaknya waktu yang dihabiskan anak di depan layar kaca (televisi maupun gadget), akan membuat anak mengalami keterlambatan bicara. Segera atur jadwal menonton televisi dan bermain gawai si kecil dengan baik ya, Bund!

 




Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Sebelumnya

Menanamkan Nilai Perjuangan Pahlawan Bangsa kepada Anak-Anak agar Memiliki Karakter Tangguh

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting