ORANGTUA selalu menginginkan anaknya sempurna terutama soal pelajaran. Tidak sedikit orangtua yang kemudian mengikutsertakan anaknya untuk les atau kursus. Maksudnya, agar anak memiliki keahlian lebih di bidang tersebut.
Bagi anak yang baru menginjak pra sekolah, pandai membaca dan berhitung dianggap suatu keharusan. Alasannya, agar saat masuk sekolah dasar mereka bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Kemudian orangtua mengursuskannya agar lancar membaca dan berhitung.
Tapi, apakah perlu sampai seperti itu?
Pakar psikologi anak, Dra Adriani Purbo, Psi MBA mengatakan, mengikutsertakan anak pada kursus, baik membaca, berhitung, dan lainnya, di usia yang sangat dini, adalah suatu bentuk pemaksaan. Sebab pada usia tersebut, anak sedang ingin bermain. Dengan bermain, banyak pelajaran yang justru mereka dapat.
“Daripada mengursuskan anak, sebaiknya orangtualah yang jadi guru lesnya. Ibu adalah guru yang tepat untuk anak belajar lebih intens,” saran Adriani.
Pilih waktu yang tepat untuk memberi ‘les’ tambahan, misalnya jam 4 sore. Jika ia tidak mau, Bunda bisa ‘menyogoknya’, misalnya dengan memberi waktu bermain yang lebih.
Les tidak perlu terlalu lama, cukup 15 menit. Sesudah itu, ia bisa bermain atau menonton film kesukaannya. Lakukan dengan rutin, sampai anak terbiasa bahwa waktu tersebut adalah jam belajar tambahannya.
Les Tambahan untuk Remaja
Bagaimana dengan les tambahan untuk anak usia remaja?
“Memang, tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya gagal, apalagi jika sudah duduk di bangku SD, SMP, atau SMA. Tapi tetap, les itu membuat anak tertekan baik secara fisik maupun psikis,” ujar dia.
Jika memang terpaksa, perhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Jam les jangan memberatkan anak. Diskusikan dengan guru atau cari tempat les yang waktunya tidak mengganggu waktu istirahat anak.
2. Pilih satu atau dua mata pelajaran yang benar-benar tidak dikuasainya.
3. Berikan reward setiap akhir pekan, seperti memasak makanan kesukaannya, menonton film kegemarannya, dan aktivitas lain yang disukai, agar anak tidak merasa sedang berada di bawah tekanan.
Sebenarnya guru terbaik adalah ayah dan ibunya. Bantu anak dalam pelajaran yang ia tidak mengerti. Jika diperlukan, parents harus memperbanyak literatur agar saat anak bertanya, bisa menjelaskannya dengan benar.
KOMENTAR ANDA