Anissa Tindy Lestary/ Foto: World Para Volley
Anissa Tindy Lestary/ Foto: World Para Volley
KOMENTAR

ANISSA Tindy Lestary mungkin tak pernah cukup berterima kasih pada cabang olahraga voli duduk yang mengubah hidupnya.

Dilansir World Para Volley, Icha (panggilan akrabnya) didapuk menjadi kapten tim voli duduk dalam kompetisi ASEAN Para Games pertamanya tahun 2018.

Semuanya berawal dari sebuah kecelakaan motor yang membuat kaki dan pinggulnya hancur di tahun 2013. Kala itu usianya baru 22 tahun.

Akibat kecelakaan tersebut, Icha sempat mengalami depresi hingga dua tahun lamanya. Ia tak mau keluar rumah dan tak mau bertemu dengan teman-temannya, terutama atlet voli.

Melihatnya terpuruk, teman-teman di Proliga dan mantan pelatihnya kemudian mendorong Icha untuk kembali ke lapangan. Ajakan untuk bermain bola voli duduk pun menjadi momen kebangkitannya. Bagi Icha, permainan bola voli duduk tak jauh berbeda dibandingkan bermain bola voli biasa.

"Itu adalah hal terbaik yang terjadi pada saya. Itu mengubah hidup saya dan membantu saya mengatasi "status" baru saya sebagai orang yang mempunyai kekurangan fisik," aku Icha.

Bermain di Paralimpiade adalah impiannya untuk menginspirasi generasi muda. Bagi Icha, bola voli selalu menjadi gairah dalam hidupnya.

Bermain sejak tahun 2016, Icha berpartisipasi dalam turnamen internasional pertamanya World Super 6 di China awal tahun 2018. Dalam turnamen tersebut, Indonesia menempati urutan kelima.

Hebatnya, Icha dianugerah "the best receiver" yang memberinya banyak harapan untuk masa depan yang cerah. Ia pun merasa bangga dengan perjuangan rekan-rekan satu timnya.

Diketahui, Icha memang sempat merajut mimpi menjadi pemain bola voli profesional. Ia belajar bola voli sejak masih duduk di bangku SMP. Namun apa daya, kecelakaan yang membuat kaki kanannya 'berbeda' karena lututnya bergeser ke bagian atas membuat mimpi menjadi pemain bola voli harus pupus.

Meski masih bisa berjalan, ia tak bisa berlaga di lapangan bola voli.

Perlahan, Icha mencoba untuk mempelajari voli duduk. Ia beradaptasi selama satu bulan untuk belajar bergerak menggunakan bokong dan menjadikan pinggang sebagai tumpuan untuk bergerak. Walhasil, ia merasakan pegal yang luar biasa.

Icha pun menemukan kembali permainannya, lalu menyempurnakan kemampuannya di voli duduk. Pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016, ia menjadi salah satu pemain andalan tim Jawa Barat.

Sejak itulah ia membuktikan bahwa semangat hidupnya jauh lebih besar dari sebelumnya. Sebuah kesempatan kedua yang dimanfaatkannya untuk berjuang dan mengukir prestasi.




Arifatul Choiri Fauzi, Mengemban Amanah Sebagai Menteri PPPA Kabinet Merah Putih

Sebelumnya

Hanifa Ambadar, Pelopor Komunitas Beauty Enthusiast di Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women