Rasuna adalah perempuan yang berwawasan luas, berkemauan keras, berani, serta kritis. Tak heran bila masa hidupnya didedikasikan untuk membela kaum perempuan, terutama dalam persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.
Menurut Rasuna, membela perempuan tidak hanya melalui pendidikan tapi juga efektif lewat politik. Sempat mengajar di almamaternya, Diniyah Putri, Rasuna kemudian aktif berpolitik. Dimulai dari Sarekat Rakyat (SR) lalu Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI).
Pada rapat umum bagian perempuan PERMI tahun 1932, Rasuna dengan lantang membacakan pidato berjudul "Langkah-Langkah menuju Kemerdekaan Rakyat Indonesia" yang berisi kritik pedas terhadap kolonialisme.
Lalu, di hadapan seribu orang, ia juga mengatakan Alquran menyebut imperialisme sebagai musuh Islam sekaligus menegaskan "kita harus mencapai kemerdekaan Indonesia, kemerdekaan harus datang!"
Atas pidatonya itu, Rasuna menjadi perempuan Indonesia pertama yang didakwa dengan pelanggaran berbicara/ menebar kebencian. Karena itulah ia beberapa kali dijebloskan ke penjara.
Namun Rasuna pantang menyerah untuk membela kedaulatan bangsa. Ia kemudian menjadi jurnalis yang dikenal dengan tulisan-tulisan yang 'tajam' dan mengambil sikap antikolonial.
Rasuna Said wafat akibat kanker darah pada tahun 1965. Sebelum wafat, ia aktif menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sejak tahun 1959.
KOMENTAR ANDA