SIFAT perfeksionis pada anak memang bisa memotivasinya agar mau belajar dan melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin. Namun jika tidak terkontrol, sifat ini justru bisa mengganggu Kesehatan mental dan tumbuh kembang anak.
Pada dasarnya, sifat perfeksionis terbagi menjadi 3, yaitu perfeksionisme yang terorientasi diri sendiri, di mana anak menganggap bahwa dirinya harus menjadi seseorang yang sempurna. Kemudian, perfeksionisme yang berorientasi pada orang lain, yaitu anak memiliki standar yang tinggi untuk orang-orang di sekelilingnya.
Dan, perfeksionisme yang dorongan dari lingkungan, yaitu ketika anak akan merasa harus membuktikan kemampuannya, agar ia bisa dihargai dan diterima oleh orang lain.
Anak akan menjadi sosok yang perfeksionis biasanya dikarenakan adanya tuntutan akademik, kurang percaya diri, keinginan yang berlebihan untuk menyenangkan orang lain, tuntutan orangtua, atau pengaruh media sosial.
Biasanya, sifat perfeksionis itu ditandai dengan perasaan takut dan cemas berlebihan dengan kegagalan, sulit menyelesaikan dan sering menunda tugas lantaran takut gagal, sulit menerima kesalahan, dan sering mengkritik diri sendiri.
Anak juga sulit membuat keputusan dan memprioritaskan tugas, sering merasa tidak puas, cepat marah dan tersinggung, serta kritis terhadap kinerja orang lain.
Bahaya Si Perfeksionis
Alih-alih menjadi motivasi, sifat perfeksionis justru akan berbahaya pada anak, yaitu:
- Anak akan merasa takut berlebihan dan tidak bisa menerima kegagalan.
- Anak rentan mengalami stres, bahkan hingga menyakiti diri sendiri.
- Anak tidak mau terlihat lemah dan tidak berdaya.
Bunda, bantu anak untuk melakukan positive self talk. Beri pujian yang tepat ketika si kecil meraih keberhasilan. Selain itu, bantu si kecil untuk meningkatkan self-esteem yang baik serta mengenai hal-hal apa saja yang bisa ia kendalikan dan tidak.
KOMENTAR ANDA