PADA suatu ketika, di suatu daerah dekat kota Shan-an, ibukota Yaman, hiduplah seorang petani kaya raya yang shalih dengan kebun yang subur dan berbuah lebat. Setiap panen petani kaya tersebut selalu memberikan sedekah kepada fakir miskin, terutama ketika sedang panen.
Pada suatu ketika, sang petani jatuh sakit lalu meninggal dunia. Sebelum wafat, ia mewariskan kekayaan dan kebun tersebut kepada anak-anaknya. Dari beberapa anak sang petani, hanya satu yang mewarisi sifat dermawan sang ayah.
Menjelang panen, anak-anak sang petani berunding. Anak yang dermawan mengusulkan agar mereka membagi hasil panen seperti yang sering dilakukan oleh ayahnya dahulu semasa hidupnya.
Namun usul tersebut ditolak oleh saudara-saudaranya yang lain.
“Supaya panen kita lebih banyak, kita tidak perlu memberi kepada para fakir miskin. Dulu semasa ayah masih ada, bukankah mereka sudah banyak menerima sedekah dari ayah kita? Besok kan kita panen buah, buat kita saja semua,” tolak mereka kepada saudaranya yang dermawan tersebut.
Mereka berniat untuk tidak memberi sedekah kepada para fakir miskin dan mereka juga lupa akan kekuasaan Allah, mereka tidak mengatakan Insyaa Allah, padahal panen buah tersebut akan terjadi atas izin Allah.
Sang anak dermawan tetap berusaha membujuk saudara-saudaranya agar mau bersedekah kepada para fakir miskin di sekitar kebun, lagi-lagi mereka menolak bahkan merencanakan untuk panen diam-diam di pagi buta sebelum matahari terbit agar tidak diketahui oleh siapapun.
Setelah merencakan hal tersebut, mereka pun tidur pulas dan tidak menyangka bahwa Allah Yang Maha Mengetahui akan menurunkan azabnya kepada orang-orang yang pelit.
Malam itu, kebun buahnya seketika berubah menjadi hitam, seluruh batang pohon dan buahnya seperti arang dari kayu yang habis terbakar, tidak ada satu buah pun pohon yang hidup.
Ketika anak-anak petani tersebut bangun, mereka bergegas menuju kebuh buah, mereka hendak melaksanakan niatnya untuk panen diam-diam sebelum matahari terbit dan berharap tidak ada orang miskin yang mengetahuinya.
Saat tiba di kebun, alangkah terkejutnya mereka melihat kebunnya sudah berubah menjadi hitam. Mereka nyaris tidak yakin kebun itu adalah kebun mereka.
“Hah, apa benar ini kebun kita? Bukankan kebun kita rindang dan subur serta berbuah lebat?” tanya mereka dengan terheran-heran.
“Iya benar ini kebun kita. Jalan yang dilewati pun sama. Kebun ini telah berubah menjadi hitam. Allah telah menurunkan adzab karena kita,” ujar anak petani yang dermawan dengan tertunduk.
Ia pun meminta agar saudara-saudaranya bertaubat. Akhirnya mereka pun bertaubat dan berdoa agar Allah mengampuni segala kesalahan mereka.
“Yaa Allah Yaa Tuhan Kami, maafkanlah kesalahan kami. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang melampaui batas.” doa mereka dengan penuh sesal
Kisah kebun yang berubah menjadi hitam diceritakan di dalam Al Quran surat Al Qalam ayat 17 -18,
“Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah pasti akan memetik (hasil)nya pada pagi hari, tetapi mereka tidak menyisihkan (dengan mengucapkan, “Insya Allah”).” (QS Al Qalam : 17-18)
Dan penyesalan yang mereka rasakan ketika bertaubat dijelaskan di dalam Al Quran surat Al Qalam ayat 29 dan 30.
“Mereka mengucapkan, “Mahasuci Tuhan kami, sungguh, kami adalah orang-orang yang zalim.” Lalu mereka saling berhadapan dan saling menyalahkan. Mereka berkata, “Celaka kita! Sesungguhnya kita orang-orang yang melampaui batas. Mudah-mudahan Tuhan memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada yang ini, sungguh, kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita.” (QS Al Qalam ayat 29-32)
Dalam ayat berikutnya Allah Subhanahuwata’ala menjelaskan balasan kepada orang-orang yang bakhil dan berbuat jahat.
“Seperti itulah azab (di dunia). Dan sungguh, azab akhirat lebih besar se-kiranya mereka mengetahui.” (QS Al Qalam : 33)
Dan balasan kepada orang-orang yang suka bersedekah dan berbuat baik pada ayat selanjutnya.
“Sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.” (QS Al Qalam : 34)
Dari kejadian di atas, hendaklah kita menghindari sifat bakhil dan pelit. Kita dianjurkan bersedekah dan berbuat baik karena dari harta yang Allah Subhanahuwata’ala titipkan kepada kita ada hak orang-orang miskin. Seperti halnya kebaikan yang memperoleh balasan dari Allah, kejahatan sekecil apapun akan memperoleh ganjarannya.
KOMENTAR ANDA