KOMENTAR

SARAH adalah yang terindah dalam kisah ketabahan. Dirinya yang tidak pernah putus asa dari karunia Ilahi. Namun, giliran keajaiban itu dilimpahkan Allah Swt., dirinya malah sangat terperanjat.

Demi menyampaikan suatu kabar bahagia, Allah Swt. mengutus dua malaikat yang menyamar berwujud lelaki rupawan. Sarah menghidangkan makanan dan minuman untuk tamunya. Namun, Nabi Ibrahim curiga dua tamu tak kunjung menyentuh makanan yang dihidangkan istrinya. Maka terbitlah rasa khawatir disebabkan tingkah tidak wajar dua lelaki tersebut.

Kemudian dua tamu itu pun menyingkap identitas aslinya yang merupakan malaikat utusan Allah Swt.  Maka Nabi Ibrahim pun lega, Sarah pun berdiri dengan senyum terkembang.

Tiba-tiba senyuman wanita tua itu pupus, tatkala malaikat mengabarkan, “Engkau akan mengandung dan melahirkan putra yang bernama Ishak.”

Surat Hud ayat 71, yang artinya, “Istrinya berdiri, lalu tersenyum. Kemudian, Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq (akan lahir) Ya‘qub (putra Ishaq).”

Aḥmad Maḥmūd Sulaymān pada bukunya Tuhan dan Sains (2001: 111) menjelaskan, berita gembira yang disampaikan malaikat kepada Sarah mengandung ramalan ganda. Pertama, Sarah akan melahirkan Ishak. kedua, Ishak akan berputrakan Ya’kub. Kedua makna ini menandakan bahwa keturunan Sarah akan terus berlangsung.

Alangkah indahnya cara yang dipilih Allah Swt. dalam menyampaikan pesan mulia-Nya. Bukan hanya mengabarkan tentang akan lahirnya Ishak, tetapi juga disampaikan kepada Sarah kelak putranya itu juga akan memiliki keturunan bernama Ya’kub.

Keturunan Sarah akan berkembang pesat, itulah gambaran yang disampaikan pesan Ilahi. Mestinya Sarah sangat bergembira dong dengan kabar seindah ini.

Dalam rangkaian tahun demi tahun yang teramat panjang Sarah tidak pernah pupus berdoa demi mempersembahkan keturunan bagi suami tercinta. Begitu malaikat mengabarkan karunia seorang putra, mendadak sirnalah senyumannya dan berganti dengan keterkejutan.

Mengapa?

Maka diterangkan alasannya pada surat Hud ayat 72, yang artinya, “Dia (istrinya) berkata, ‘Sungguh mengherankan! Mungkinkah aku akan melahirkan (anak) padahal aku sudah tua dan suamiku ini sudah renta? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang ajaib.”

Wahbah az-Zuhaili pada Tafsir al-Munir Jilid 14 (2021: 60) mengungkapkan:

Ketika istri Nabi Ibrahim; Sarah mendengar berita gembira tersebut, sontak saja ia pun kaget, heran dan berteriak, seperti ekspresi yang biasa dilakukan oleh kaum perempuan pada umumnya.

Jika kaum perempuan mendengar suatu hal yang menyangkut diri mereka. Dan di saat mereka merasa malu atau heran, mereka biasanya akan berekspresi dengan berteriak. Keheranan Sarah waktu itu terhadap berita gembira tersebut adalah karena dua hal, yaitu sudah lanjut usia dan mandul.

Histeris mendengar sesuatu yang mengejutkan memang sesuatu yang lumrah bagi kaum perempuan.

Demikian pula teriakan histeris yang keluar dari mulut Sarah, karena yang diterimanya kabar yang tak terkira kejutannya.

Sarah sudah terlalu tua. Nabi Ibrahim pun telah renta. Pasangan ini sadar diri dengan larutnya usia yang tidak dapat lagi dipungkiri.

Dalam logika manusia biasa, bagaimana nenek-nenek bisa hamil? Sarah hanyalah perempuan renta dengan uban bertaburan di kepala. Nah, bagaimana bisa di rahimnya dapat bersemayam benih janin? Belum lagi kemandulan dirinya yang berlangsung teramat lama.

Jadi begini, bukannya tidak bersyukur, bukan pula tidak bahagia, akan tetapi Sarah juga manusia biasa yang wajar saja terkejut dengan kabar demikian luar biasa. Aneh tetapi nyata, hingga kemudian Sarah mendapatkan penjelasan yang menggugah hati dari dua malaikat.      

Surat Hud ayat 73, yang artinya, “Mereka (para malaikat) berkata, ‘Apakah engkau merasa heran dengan ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah (yang) dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

Malaikat yang meyakinkan Sarah, tidak ada yang perlu diherankan dari apa yang ditetapkan Allah Swt. Kabar baik ini hendaknya dipadang sebagai rahmat dan berkah Ilahi, suatu kebahagiaan yang tiada terkira agungnya.

Dengan demikian, tidak ada lagi yang mengherankan bagi Sarah yang sudah tua lagi mandul. Karena ketika sesuatu sudah ditakdirkan oleh Ilahi, apapun dapat saja terjadi sesuai kehendak-Nya.

Kehamilan di usia tua renta tentunya sangatlah berisiko. Dari sudat pandang inilah hendaknya siapapun dapat meresapi makna perjuangan dan pengorbanan Sarah.

Nah, ada baiknya kita mencoba untuk memahami psikologis Sarah. Andaikan kita sudah nenek-nenek lalu diberi amanah untuk hamil, kira-kira bagaimana rasanya?




Pantaskah Bagi Allah Anak Perempuan?

Sebelumnya

Betapa Lembutnya Al-Qur’an Menerangkan Surga Adalah Hak Perempuan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tafsir