Raja dan Ratu Malaysia/ foto: BERNAMA
Raja dan Ratu Malaysia/ foto: BERNAMA
KOMENTAR

KISAH sejati kehidupan Raja Permaisuri Agong Malaysia Tunku Azizah Aminah Maimunah Iskandariah terungkap dalam sebuah wawancara di The Telegraph pada April 2022.

Istri dari Raja Malaysia ke-16 dan Sultan Pahang ke-6, Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah ini mengisahkan perjuangannya untuk menjadi seorang ibu setelah menikah dengan sang suami pada tahun 1986.

"Saya menjalani 16 kali IVF (in vitro fertilization), dan saya berhasil pada program yang ke-17 kalinya," kenang Tunku Azizah.

"Saya tak pernah menyangka saya akan punya lima anak lagi, termasuk si kembar," katanya lagi.

Belajar dari pengalaman pribadinya, ratu berusia 62 tahun ini kemudian mendirikan Tunku Azizah Fertility Foundation (TAFF) pada tahun 2004 yang fokus pada program kesuburan pasutri.

Menurut Tunku Azizah, TAFF fokus pada program kesuburan bagi pasangan suami istri yang berasal dari kelas masyarakat miskin dan kelas menengah.

Dari laman resmi TAFF diketahui bahwa persyaratan program pendanaan bayi tabung adalah warga negara Malaysia, usia istri maksimal 45 tahun, usia pernikahan sudah melewati tiga tahun, total pendapatan suami dan istri tidak lebih dari 4.000 ringgit per bulan (setara 13,2 juta rupiah)

"Saya tahu biayanya sangat besar (program bayi tabung), juga bagaimana gejolak emosi yang harus dihadapi. Anda pergi menjalani berbagai prosedur, lalu Anda pulang sambil menangis."

"Kami orang Asia, tidak terbiasa untuk sharing tentang masalah kami. Tapi saya pikir kami harus mulai membicarakannya dan mengupayakan sesuatu," kata perempuan kelahiran Johor tersebut.

Hampir tiga tahun silam, tepatnya pada perayaan 15 tahun TAFF Oktober 2019, Tunku Azizah sebenarnya sudah pernah bercerita tentang rentang waktu 9,5 tahun yang ia lalui untuk program bayi tabung di Singapura, Inggris, hingga Amerika Serikat.

"Hanya para ibu yang pernah berada di posisi yang sama, bisa memahami apa yang kami lalui...betapa kami mendambakan memiliki anak. Banyak perempuan beruntung bisa memiliki anak secara alami, namun kami harus menjalani ini, dan kami tidak menyerah," tegas perempuan lulusan National University of Singapore (NUS) jurusan Ilmu Politik dan Sosiologi itu.

"TAFF didirikan untuk menolong para ibu yang mengalami kondisi sulit tersebut, kami memberi bantuan secara finansial juga dukungan berkelanjutan."




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women