BAGI warga Indonesia, kerokan atau kerikan dipercaya ampuh untuk mengatasi masuk angin. Biasanya, semakin merah daerah yang dikerik, membuktikan bahwa masuk angin yang dialami semakin parah.
Tapi faktanya, munculnya kemerahan pada kulit (bahkan memar), disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kecil di dekat permukaan kulit, yang disebut kapiler.
Semakin kuat tekanan dan gosokan alat kerokan ke permukaan kulit, maka akan semakin banyak kapiler yang pecah, sehingga permukaan kulit akan terlihat semakin merah.
Sebenarnya, kerikan atau kerokan tidak masalah dan bisa membuat badan yang sakit, masuk angin, dan kembung, mereda, asalkan dilakukan dengan benar. Untuk mendapatkan hasil kerikan yang manjur, ada baiknya terapkan beberapa tips ini:
- Kerok area tubuh yang disarankan, yaitu punggung, leher, bahu, atau lengan.
- Oleskan m inyak aromaterapi atau balsam yang mengandung peppermint atau champor pada area yang akan dikerok. Ini berguna untuk membuat permukaan kulit menjadi lebih licin, serta memberi rasa hangat pada tubuh.
- Kerok dengan lembut dan perlahan. Lalu, secara bertahap tingkatkan kekuatannya, tapi jangan terlalu kencang.
- Tambahkan pijatan lembut pada area yang dikerik, agar tubuh menjadi lebih relaks dan masuk angin bisa cepat reda.
Pusing dan nyeri pada area leher dan pundak sering disebabkan oleh otot-otot leher yang menegang. Dengan kerik, ketegangan tersebut diharapkan bisa cepat reda.
Beberapa penelitian juga menyatakan, kerokan bisa melancarkan peredaran darah. Manfaat-manfaat ini akan semakin terasa, jika setelah dikerik ditambah dengan pijatan lembut.
Kerikan secara medis juga memiliki beberapa manfaat bagi wanita. Seperti mengurangi pembengkakan payudara, karena produksi ASI yang meningkat. Dengan kerikan, pembengkakan payudara pada ibu yang baru melahirkan bisa diatasi.
Kerikan juga dipercaya mampu sindrom perimenopause. Sindrom ini biasanya ditandai dengan menstruasi tidak teratur, nyeri otot dan tulang, mudah Lelah, susah tidur, vagina kering, dan mudah berkeringat.
Kerikan yang dipadukan dengan pengobatan konvensional, lebih ampuh mengatasi sindrom perimenopause dibandingkan terapi konvensional saja.
KOMENTAR ANDA