KITA sudah paham betul, bahwa kualitas tidur yang baik bisa membawa dampak baik pula bagi kesehatan. Seseorang yang memiliki kualitas tidur yang baik, akan lebih siap menghadapi hari-harinya, lebih bersemangat, dan tentu saja terhindar dari berbagai risiko penyakit.
Tidur bifasik, adalah salah satu pola tidur yang dipercaya mampu mengatasi lemas dan sulit fokus karena kurang istirahat. Tidur bifasik adalah pola tidur yang membagi waktu tidur menjadu dua kali dalam sehari, yaitu tidur panjang di malam hari dan ditambah tidur dalam waktu singkat di siang hari.
Ada beberapa cara untuk melakukan pola tidur bifasik, misalnya tidur 6 jam di malam hari lalu tidur siang selama 1 sampai 1,5 jam. Atau tidur 7-8 jam di malam hari, kemudian tidur siang selama 30 menit.
Di sini, kamu bisa membagi waktu tidur antara siang dan malam sesuai kebutuhan dan aktivitas sehari-hari. Misalnya, saat kamu bekerja di shift malam, maka jumlah waktu tidur yang terpotong pada malam hari bisa ditambahkan lebih banyak untuk waktu tidur siang.
Secara medis, tidur bifasik ini memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan daya konsentrasi, meningkatkan stamina tubuh, membantu menjaga kadar gula dalam darah, menghindari stroke dan gagal jantung.
Untuk mendapatkan manfaatnya secara maksimal, pola tidur bifasik harus dilakukan sebagai rutinitas, dengan jadwal tidur yang sama setiap harinya. Ini perlu untuk memastikan kamu mendapat waktu tidur yang cukup.
Risiko Tidur Bifasik
Rupanya, tidur bifasik juga memiliki risiko. Bagi beberapa orang, jadwal tidur siang menyebabkannya sulit tidur di malam hari. Pola tidur ini juga tidak cocok dilakukan oleh orang yang memiliki gangguan tidur, atau masalah psikologis tertentu, seperti depresi. Sebab, penderita depresi yang melakukan pola tidur bifasik akan mengalami perburukan gejala.
Jadi, ada baiknya jika dikonsultasikan dulu dengan dokter sebelum menjalaninya.
Untuk mengoptimalkan kualitas tidur, disarankan untuk menerapkan sleep hygiene.
KOMENTAR ANDA