DRAMA Korea biasanya memiliki alur cerita yang kuat. Namun bukan hanya soal indahnya memadu kasih, sejumlah K-drama juga berani menyuarakan menyuarakan kesadaran tentang kesehatan mental.
Kesadaran tentang kesehatan mental ini adalah tentang menghapus stigma yang kadung melekat pada mereka yang mengalami penyakit mental dan kondisi kesehatan mental lainnya. Penting agar mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri.
Dikutip dari akun Instagram @noonasnoonchi milik Jeanie Y. Chang, ahli kesehatan mental AAPI (Asian American Pasific Islander), berikut ini empat di antara K-drama yang mengkampanyekan kesehatan mental.
Our Blues
Memotret depresi klinis (clinical depression) yang dialami Seon Ah. Bagaimana ia berusaha keras untuk sembuh dengan menjalani perawatan medis dan mengikuti psikoterapi untuk perawatan lebih lanjut. Kita bisa memahami bagaimana berat perasaannya sebagai orangtua yang tidak mampu mengurus anaknya.
Twenty Five Twenty One
Ini kisah tentang Baek Yi Jin yang mendengarkan cerita demi cerita dari para penyintas, keluarga korban, dan petugas cepat tanggap peristiwa 9/11. Empatinya terkuras.
Seiring waktu, dia mulai mengalami gejala post-traumatic stress yang disebut trauma pengganti (vicarious trauma) akibat terus-menerus terpapar pengalaman orang lain yang meremukkan perasaannya.
The Sound of Magic
Ah Yi baru berusia 17 tahun tapi harus berperan sebagai orangtua bagi adik perempuannya dan tulang punggung keluarga. Masa remajanya terenggut, dan dia merasa kesulitan secara emosional dalam menghadapi kehidupan yang berat itu. Dia ingin menjadi orang dewasa karena sesungguhnya dia sudah menjadi dewasa.
Problem Ah Yi adalah parentifikasi (parentification) yaitu proses pembalikan peranan ketika seorang anak wajib bertindak sebagai orangtua bagi orangtua atau saudara kandungnya.
Thirty Nine
Drama ini tentang diagnosis kanker stadium akhir (terminal cancer diagnosis) yang diterima Chan Young. Di dalamnya ada kecemasan, rasa tertekan, dan ketakutan akan berbagai hal yang akan terjadi dan bagaimana itu mempengaruhi dirinya dan diri orang-orang tercintanya. Kita melihat bagaimana dia menjalani tahapan kesedihan (stages of grief) dan bertahan di tengah rasa sakit dan emosi yang tertekan.
KOMENTAR ANDA