Sakit tenggorokan, pusing, dan kelelahan, juga merupakan tanda awal seorang wanita terinfeksi HIV/Net
Sakit tenggorokan, pusing, dan kelelahan, juga merupakan tanda awal seorang wanita terinfeksi HIV/Net
KOMENTAR

SAKIT pada tenggorokan ternyata bisa mengindikasikan banyak penyakit, mulai dari flu biasa, Covid-19, hingga HIV AIDS.

Baru-baru ini, Healthline menulis, gejala awal HIV AIDS yang menyerang wanita lebih mirip saat seseorang terkena flu biasa. Kelelahan, pusing, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan lainnya.

Gejalanya memang terlihat ringan, namun jika tidak segera diatasi, gejala ringan itu bisa berubah menjadi berat, apalagi ketika virus HIV sudah menghancurkan banyak sel CD4, sehingga kekebalan tubuhnya menjadi sangat rendah.

Begini gejala awal HIV AIDS pada wanita, yang wajib menjadi perhatian serius.

Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Saat HIV mulai menyebar di dalam tubuh, system kekebalan langsung bekerja dan menghasilkan pembengkakan pada kelenjar getah bening di bagian leher, belakang kepala, dan ketiak.

Sakit Tenggorokan

Pada tahap awal, sakit tenggorokan akan berlangsung selama beberapa hari, bahkan minggu. Dan pada kasus yang sangat jarang, sakit pada tenggorokan ini bisa berlangsung hingga berbulan-bulan.

Ulkus Mulut

Jika telah terjadi ulkus atau luka pada mulut, bisa jadi menandakan virus telah berkembang ke tahap selanjutnya. Ulkus di mulut ditandai dengan munculnya plak berwarna krem di lidah, langit-langit, atau bibir.

Ruam Kulit dan Nyeri Otot

Ruam kulit seringkali muncul sebagai gejala awal seseorang terinfeksi virus HIV. Dan umumnya, nyeri otot terjadi pada beberapa minggu pertama setelah infeksi.

Gejala lain yang dimunculkan saat seorang wanita terinfeksi virus HIV adalah sakit kepala, panas dingin, dan kelelahan.

Jika melihat dari gejala yang sangat ringan ini, ada baiknya segera melakukan pemeriksaan untuk melihat sudah sejauh mana virus menginfeksi. Apalagi menurut Prof Zubairi Djoerban, pengobatan yang dilakukan secara baik dan teratur, serta tidak putus obat dan terkontrol, bisa membuat pasien tetap hidup produktif hingga di atas 25 tahun.

“Bahkan, ada satu sampai dua pasien yang tetap hidup sehat setelah mengonsumsi obat-obatan selama 28 tahun. Jadi, jangna putus asa, karena kemungkinan itu selalu ada,” kata dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologic-onkologi (kanker) ini.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health