ZAMAN now adalah zaman serba cepat. Arus informasi yang sedemikian dahsyat ditambah berbagai kemudahan yang ditawarkan teknologi, membuat hidup kita berjalan sedemikian cepat, serba mudah, dan pada akhirnya melenakan.
Banyak manusia memilih hidup senang, padahal kesenangan mudah didapat dan tak akan mampu menenteramkan hati.
Sebaliknya, ketika kita memilih hidup yang tenang, maka hati yang tenang dan lapang akan menjadi sumber kebahagiaan sejati yang menguatkan diri kita.
Lantas, mengapa begitu sulit untuk bisa hidup tenang di zaman now?
Sebagai manusia yang tak bisa mengurung diri dari kehidupan sosial, pikiran kita sudah terdistorsi dengan kompleksnya urusan dunia.
Terlebih ketika kita menengok ke kanan dan ke kiri, kita melihat banyak orang telah melesat jauh meninggalkan kita.
Si A telah sukses mengelola bisnis kulinernya. Si B sudah menyelesaikan pendidikan S3 di universitas ternama. Si C menjadi general manager di perusahaan multinasional.
Lalu mulailah kita grasak-grusuk berusaha setidaknya bisa terlihat sukses seperti mereka. Kita 'memperindah' penampilan luar dengan barang-barang dan fasilitas yang menunjukkan seolah kita tak kalah dari mereka.
Hasilnya?
Mungkin senyuman kita hanya sebatas banyaknya jumlah like dan pujian orang di media sosial. Namun ketika malam datang, yang tersisa hanyalah sesak di hati. Tak ada lagi kesenangan, apalagi ketenangan. Yang ada hanya kebohongan yang menumpuk.
Saat itulah kita hanya menginginkan ketenangan. Jauh dari riuh-rendah tepuk tangan manusia. Menepi dari segenap pandangan dan komentar manusia. Kita hanya ingin menjadi manusia yang sesuai fitrahnya.
"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya." (QS. Ath-Thalaq: 4)
Kiranya cukup tiga resep ini yang perlu kita pegang dan wujudkan dalam keseharian kita agar bisa merasakan hidup yang tenang.
Pertama, kita meyakini bahwa setiap yang terjadi adalah qadarullah.
Kedua, kita tidak memaksakan diri di luar kemampuan.
Ketiga, kita tidak merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain.
Kita yakin bahwa semua yang terjadi pada diri kita adalah kehendak Allah Swt. Hanya dengan begitu kita bisa merasa ikhlas namun tetap bersemangat menjemput rezeki Allah yang luasnya tak terhitung. Kita akan merasa cukup, dan bisa merasa bahagia melihat kebahagiaan orang lain.
Di situlah hidup kita menjadi tenang.
KOMENTAR ANDA