YOUTUBER sekarang menjadi sebuah profesi yang menjanjikan secara finansial maupun popularitas.
Bicara tentang YouTube tak bisa dilepaskan dari sosok Susan Wojcicki, CEO YouTube selama delapan tahun. Sebelumnya, Susan telah 'mengabdi' di Google selama 24 tahun.
Berawal dari sebuah garasi di Sillicon Valley di tahun 1999. Garasi yang disewakan Susan kepada dua mahasiswa Stanford University; Larry Page dan Sergey Brin. Keduanya saat itu tengah merintis bisnis teknologi bernama Google.
"Saat itu saya hanya ingin mendapatkan pemasukan dari uang sewa untuk membayar hipotek rumah. Barulah setelah saya ngobrol dengan mereka dan mencoba layanan Google, saya sadar mereka sudah melakukan hal hebat," ujar Susan saat diwawancarai Najwa Shihab.
Ia lalu bergabung sebagai karyawan ke-16 di Google dan menjadi manajer pemasaran yang pertama.
Susan mengaku saat itu Google belum memiliki pemasukan dan belum dikenal orang. Perjuangan Susan saat itu adalah membangun brand, mempromosikannya kepada publik, dan meyakinkan masyarakat bahwa Google adalah brand yang mereka butuhkan.
Google Analytics, Google Ads, dan Google AdSense adalah tiga di antara produk yang diciptakan Susan. Namun yang paling fenomenal adalah ketika ia menyarankan Google untuk membeli YouTube di saat banyak orang meragukan platform video tersebut.
"Saat ditawari menjadi CEO YouTube, saya tidak berpikir dua kali untuk mengiyakannya. Meskipun saat itu YouTube masih perusahaan kecil, saya tahu video akan semakin populer," kata Susan.
Dan, benarlah. Diakuisisi pada tahun 2006 dengan nilai 1,65 miliar USD, penghasilan iklan YouTube di tahun 2021 mencapai angka 28,8 miliar USD. Memiliki 2,6 miliar pengguna aktif, YouTube menjelma menjadi perusahaan raksasa dunia.
"Pada akhirnya kami menyadari bahwa tidak perlu terkenal untuk membagikan video. Orang awam bisa membuat video tentang apa pun dan bisa menarik banyak orang untuk menonton. Kami sadar semua orang bisa menjadi bintang."
Bagaimana Susan menaklukkan segala tantangan dalam pekerjaannya?
"Kini tantangannya berbeda, yaitu bagaimana memberikan layanan yang lebih besar, memiliki brand global, juga tentang pengawasan dan tanggung jawab sebagai perusahaan yang sangat besar," jelasnya.
Sebagai perempuan "penguasa jagat dunia maya" di era modern, Susan mengakui pekerjaannya bersinggungan dengan banyak pihak. Tak hanya bermitra dengan para content creator, ia juga banyak berhubungan dengan pemerintah berbagai negara di dunia.
Dengan penggunaan YouTube yang makin masif dan konten yang sangat beragam jenisnya, pengawasan ketat sangat diperlukan untuk menyaring hoaks, deepfake, penistaan agama, pelanggaran HAM, hingga propaganda antipemerintah.
Menurut Susan, ia harus bijak dan cerdas menyikapi sejumlah kebijakan yang ditetapkan pemerintah suatu negara terhadap perusahaannya. Namun, ia pun tak ingin menutup kesempatan masyarakat untuk menyuarakan kritik sosial dan pandangan politik.
"Secara garis besar, kami ingin semakin banyak orang bisa mengekspresikan pendapat mereka melalui YouTube," kata Susan.
Ia melihat Indonesia sebagai sebuah negara yang penting untuk terus berinvestasi. Banyak kisah luar biasa yang berdampak besar setelah muncul di YouTube.
Tentang profesinya di bidang yang masih didominasi laki-laki, apa tantangan yang dihadapi Susan saat ini?
"Fokus saya saat ini adalah mendukung para perempuan yang lebih muda untuk mengaktualisasikan diri di dunia kerja. Saya berusaha menjadi panutan bagi mereka, berbagi pengalaman tentang bagaimana saya menghadapi tantangan dalam pekerjaan," pungkasnya.
KOMENTAR ANDA