ARGENTINA sedang berduka. Tiga warganya dinyatakan meninggal dunia setelah terdiagnosa mengalami pneumonia misterius. Pasien sebelumnya menjalani perawatan di sebuah klinik di daerah Tucuman.
Mengutip New York Post, diketahui ada total 9 orang yang terdiagnosis pneumonia misterius. Disebut misterius, karena penyakit pernapasan ini belum diketahui penyebabnya.
Dari sembilan orang yang terdiagnosa mengalami pneumonia misterius, sebanyak 8 orang adalah tenaga kesehatan dan 1 pasien ICU. Keseluruhan pasien memiliki kesamaan kondisi, yaitu permasalahan pernapasan yang parah dengan pneumonia bilateral, sangat mirip dengan Covid-19.
Tiga di antara pasien yang terkena pneumonia misterius, akhirnya meninggal dunia, meskipun tidak dalam waktu yang bersamaan. Kasus kematian pertama terjadi pada Senin (29/8), yaitu seorang tenaga kesehatan klinik tersebut.
Berselang dua hari kemudian, seorang tenaga kesehatan lainnya ikut meninggal dunia. Dan di hari ketiga, pasien ICU, yang tercatat sebagai pasien wanita lansia dengan usia 70, meninggal pada Kamis (1/9).
Pejabat kesehatan setempat mengabarkan, pihaknya telah melakukan pengecekan di laboratorium untuk beberapa penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur, termasuk Covid-19, flu, dan influenza tipe A dan B, namun semua hasilnya negatif.
Lalu sampel oasien pun diambil dan dilakukan ujiklibis untuk beberapa pengujian tambahan, seperti analisis toksikologi. Pemeriksaan terhadap air dan AC di lokasi juga dilakukan, untuk menguji kemungkinan keracunan.
“Sampai saat ini, kasus tersebut masih diselidiki oleh Kementerian Kesehatan Argentina dan pihak lain yang terkait. Semoga cepat ditemukan penyebabnya,” kata Menteri Kesehatan Tucuman, Luis Medina Ruiz.
Jangan Perlonggar Prokes
Menanggapi kasus pneumonia misterius di Argentina, ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, tingkat keparahan jenis pneumonia baru ini masih memerlukan pemeriksaan lanjutan.
Tapi, munculnya pneumonia yang menyebabkan kematian perlu diwaspadai, mengingat dunia semakin rentan dan rawan wabah. Untuk itu, pelonggaran prokes harus diberlakukan secara hati-hati dan terukur.
“Penerapan prokes ini jadi Langkah yang palingg awal dan standar. Tidak mesti lockdown, atau PPKM level 3 dan 4. Kita dalam situasi, ibaratnya dunia adalah tubuh manusia, yang sudah kena sakit parah. Kalau mau pulih, ya jangan langsung segala dibolehkan,” ujar Dicky.
KOMENTAR ANDA