WAKIL Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner selamat dari percobaan pembunuhan yang mengejutkan pada Kamis malam (1/9/2022) di luar rumahnya.
Menunjukkan solidaritas, ratusan ribu rakyat Argentina memadati Plaza de Mayo yang bersejarah di ibu kota Buenos Aires pada Jumat (2/9/2022). Para pendukungnya mengibarkan bendera bersama para serikat pekerja dan aktivis lain.
Mereka mengungkapkan kelegaan atas terhindarnya Cristina dari tragedi yang buruk. Di antara masyarakat, ada yang mengatakan bahwa tak pernah terpikir olehnya akan ada orang yang ingin menembak Cristina.
Para pemimpin politik di seluruh kawasan, termasuk pejabat Amerika Serikat mengutuk serangan tersebut. Upaya pembunuhan diduga terjadi akibat keterpurukan ekonomi yang diperparah inflasi tinggi dan merosotnya nilai mata uang peso.
Cristina adalah mantan presiden Argentina tahun 2007-2015 dan juga mantan First Lady tahun 2003-2007 saat suaminya, Nestor Kirchner berkuasa.
Sebelum terjun ke dunia politik, Cristina berprofesi sebagai seorang pengacara.
Cristina kerap disamakan dengan Evita Peron karena memiliki kemampuan orasi yang tajam dan penampilan yang glamor.
Banyak pihak juga menganggap Cristina adalah 'senjata rahasia' sang suami untuk bisa berkuasa di Argentina. Ia menjadi otak di balik kesuksesan karier politik seorang Nestor Kirchner.
Cristina tengah menghadapi tuduhan korupsi pengalihan dana publik saat ia menjadi presiden. Seorang jaksa telah menyerukan hukuman penjara 12 tahun terhadap Cristina.
Presiden Alberto Fernandez menyatakan serangan tersebut adalah yang terburuk sejak negara kembali ke paham demokrasi beberapa dekade lalu.
Pelaku penodongan senjata, Andres Sabag Montiel (35) asal Brasil, sudah ditangkap polisi. Surat kabar La Nacion, berdasarkan keterangan polisi menulis bahwa Andres bekerja sebagai sopir. Saat penggeledahan, ditemukan 100 peluru di rumahya.
Argentina saat ini dicengkeram polarisasi politik yang tajam juga krisis ekonomi. Perpecahan politik tersebut dianggap sebagai pemicu aksi kekerasan yang mulai terjadi.
"Ini gila, masyarakat sudah mulai kehilangan kesabaran. Ujaran kebencian semakin ganas, dan orang-orang yang berpikiran pendek lebih memilih hal gila dengan melakukan kekerasan," kata seorang warga, seperti dilansir Reuters.
KOMENTAR ANDA