KOMENTAR

MEMULAI karier di usia 12 tahun dengan menjadi pembawa acara anak di TV, Freshta Karim dikenal sebagai aktivis hak anak Afghanistan. Dia juga bekerja sebagai penasihat Malala Fund untuk mendukung pendidikan 12 tahun yang berkualitas bagi anak perempuan.

Freshta merupakan lulusan S2 Public Policy dari Universitas Of Oxford. Ia sangat suka minum teh hijau, bepergian, mengunjungi museum, juga membaca buku-buku seputar filsafat politik.

Freshta mendedikasikan pikiran, tenaga, dan waktunya untuk memperjuangkan hak-hak anak. Hingga di tahun 2018, ia mendirikan Charmaghz, sebuah LSM yang berbasis di kota Kabul.

Charmaghz menyediakan bus yang disulap menjadi perpustakaan keliling dan layanan lain yang berkaitan dengan anak-anak. Dengan lima armada yang tersebar di penjuru kota, 400 anak mengunjungi satu perpustakaan setiap harinya.

Sebagai direktur Charmaghz, Freshta menghabiskan waktu dengan anak-anak dan peer group di beberapa komunitas. Aktivitas yang membuatnya selalu merasa bersemangat.

"Ini adalah energi yang dahsyat, meskipun hidup di Afghanistan sangat sulit dengan situasi yang terus memburuk, rasa kebersamaan yang kuat akan mengurangi dampak (secara psikologis)," kata Freshta.

Laporan PBB menunjukkan 97 persen populasi berisiko jatuh di bawah garis kemiskinan. Institusi pendidikan, kesehatan, hingga perbankan berada di ambang kehancuran.

Belum lagi larangan de facto tentang pendidikan menengah bagi anak perempuan dan 'dikebirinya' hak perempuan untuk bekerja di pelayanan publik. Tak ayal, kondisi tersebut melemahkan pemberdayaan ekonomi perempuan.

Freshta menilai perempuan Afghanistan sudah membuat keputusan berani setiap hari dengan selalu meneriakkan "pendidikan, pekerjaan, dan kebebasan". Meskipun beberapa perempuan ditahan, yang lain bergeming untuk menyuarakan protes terhadap Taliban.

"Saya melihat potensi besar perempuan yang terbuang dan belum dieksplorasi. Sebagian perempuan tidak menyadari potensi mereka karena tidak punya kemampuan untuk belajar dan mengeksplorasi apa yang mereka bisa," ungkap Freshta.

Charmaghz memiliki tiga fokus agar anak-anak melek huruf, sehat mental, dan mampu berpikir kritis. Aktivis Charmaghz mengajarkan mereka membaca dan memahami naskah juga memberi dukungan mental mengingat anak-anak tinggal di lingkungan keras dengan ledakan bom yang sering terjadi.

"Kami berencana memperluas pekerjaan di seluruh Afghanistan. Target pertama kami adalah menjangkau setiap anak di Kabul, kemudian menjangkau komunitas lain di daerah pedesaan. Kami memimpikan hari ketika setiap anak di Afghanistan memiliki akses ke layanan perpustakaan. Bukan sekadar tempat membaca, tapi tempat untuk anak-anak tumbuh, bersosialisasi, berpikir kritis, dan mewujudkan potensi mereka."




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Women