AYAT ke-77 surah Al-Qashash hendaknya menjadi reminder kita agar tidak terlalu fanatik terhadap urusan dunia.
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi..."
Yang pertama disebutkan dalam ayat tersebut adalah mengejar akhirat. Artinya Allah menyuruh kita untuk 'bucin' terhadap segala sesuatu yang dapat membahagiakan kita selepas kita meninggalkan dunia.
Setelah itu, barulah kita disuruh untuk tidak melupakan bagian dari urusan duniawi. Sebagian saja, bukan sebanyak-banyaknya. Karena memang semua yang kita raih di dunia tetap akan berada di dunia, sekali pun kita meninggal dunia.
Memang betul, Rasulullah saw. menyuruh kita bekerja keras dan menjemput rezeki yang telah disediakan Allah Swt. bagi hamba-Nya di muka bumi. Namun semangat untuk mencukupi kebutuhan hidup diri sendiri dan keluarga itu seharusnya tidak mengorbankan rasa cinta kita terhadap akhirat.
Maka ketika kita sibuk bekerja, lalu sayup suara azan terdengar, bersegeralah untuk menunaikan kewajiban kita.
Membasuh wajah, tangan, dan kaki, lalu 'berdialog' singkat dengan Sang Khalik, insya Allah akan menyegarkan pikiran dan menenangkan hati. Kinerja pun menjadi lebih baik.
Maka ketika ada kesempatan untuk mengeluarkan sepersekian persen dari rezeki kita untuk menolong fakir miskin atau memperbaiki masjid yang rusak, tak usah kita berpikir dua kali.
Bismillah, lembaran uang yang kita keluarkan akan mensucikan harta, bermanfaat bagi banyak orang, dan menambah pintu rezeki.
Ketika kita bucin pada akhirat, kita tak akan ragu menolak teman yang mengajak mengerjakan maksiat.
Saat kita bucin pada akhirat, kita akan mampu melihat hakikat diri kita dalam peran yang paling mendasar: sebagai hamba Allah sekaligus sebagai khalifah di muka bumi yang harus menjaga bumi.
Jika kita adalah ibu yang bucin pada akhirat, maka kita akan berusaha setengah mati menjadikan anak-anak kita hamba yang takut kepada Allah.
Bila kita adalah perempuan yang bucin pada akhirat, kita akan sekuat tenaga memelihara kemuliaan diri. Tak ingin terjebak tren dengan berpenampilan dan bertingkah laku demi dipuji up-to-date.
Seperti doa yang senantiasa kita baca selepas salat: Rabbana aatina fiddunya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa adzaabannaar.
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, juga kebaikan di akhirat. Dan peliharalah kami dari siksa neraka."
Bukankah kita memohon dua kebaikan untuk akhirat dan hanya satu kebaikan untuk dunia?
KOMENTAR ANDA