COVID-19 belum usai. Namun masyarakat Indonesia sudah jumawa, melepas masker dan selalu berkerumun. Vaksinasi pun diabaikan, karena merasa sudah memiliki kekebalan tubuh yang cukup. Atau, karena menganggap virus Corona tidak lagi berbahaya.
Vaksinasi booster yang disebut-sebut mampu memberikan kekebalan tubuh maksimal, dianggap sesuatu yang tidak perlu. Alhasil, sejak pemerintah memulai pencanangan vaksinasi ketiga (booster), sampai saat ini cakupannya masih sangat rendah, yaitu baru 26,49 persen.
Kenyataan ini membawa keprihatinan sendiri bagi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Suatu progres yang sangat tidak membahagiakan, begitu kata beliau.
“Dugaan saya, kita akan menurun imunitasnya di awal tahun depan. Jadi itu sebabnya, kina nanti boosternya keluar ini. Kita akan encourage yang belum booster ketiga, akan kita kejar lagi nih di akhir tahun,” kata Budi di Kemenkes, Kamis (15/9).
Imunitas yang menurun, lanjut Budi, sangat mungkin membuat virus ‘berbahagia’. Virus yang terus bermutasi, akan menemukan banyak inang baru sebagai tempatnya berkembang biak.
“Bukan tidak mungkin, pada awal tahun nanti (2023), Indonesia mengalami kembali pandemi yang sangat dahysat, di mana angka kasus positif menjadi sangat tinggi, begitu pula dengan angka kematian,” ujarnya.
Kondisi Indonesia saat ini relatif terkendali, karena ketika adanya varian BA.4 dan BA.5 yang membuat gelombang baru di dunia, Indonesia justru tidak mengalaminya.
Tapi, lantaran itu pula, terjadi pengabaian di masyarakat. Protokol kesehatan sudah tidak seperti dulu, hanya beberapa masyarakat yang masih sadar dan mawas diri yang menjalankannya. Sedangkan yang lain, menganggap sepele dan tidak membutuhkannya. Begitu pula dengan vaksinasi booster, yang dipandang sebelah mata.
Jadi, wajar jika kemudian Menteri Budi meminta masyarakat untuk ekstra waspada, lantaran virus tidak tidur. Virus Corona terus bermutasi dan mencari inang-inang baru untuk tempatnya berkembang biak.
KOMENTAR ANDA