MENERIMA tubuh apa adanya dan menghentikan semua diet memang terdengar bagus. Namun apakah kondisi itu tidak membahayakan kesehatan kita?
Di sisi lain, budaya pop dengan iklan dan fesyen trennya—bahkan sejumlah dokter pun seolah punya 'kesepakatan bersama': tubuh yang lebih kecil pasti lebih sehat dan tubuh yang lebih besar pasti tidak sehat.
Jadi harus bagaimana?
Jangan samakan kondisi tubuh setiap orang
Ahli gizi asal Inggris Jeanette Thompson-Wessen menegaskan bahwa kondisi kesehatan setiap individu tidak bisa disamakan.
Di satu sisi, indeks massa tubuh (BMI) yang lebih tinggi dikaitkan dengan kondisi seperti diabetes dan penyakit jantung. Namun BMI masih menjadi cara konvensional untuk mengukur kesehatan seseorang.
Bagaimanapun juga, kesehatan tidak identik dengan berhasil-tidaknya kita menurunkan berat badan. Ada faktor lingkungan, kondisi sosial, biologi, dan perawatan medis yang mempengaruhi kesehatan.
Sayangnya, banyak orang lebih memprioritaskan penampilan untuk menilai kesehatan mereka. Sehingga sekalipun kita melepaskan diri dari standar kecantikan di masyarakat, kita masih saja merasa tidak percaya diri dengan ukuran tubuh kita.
Para ahli kesehatan mengatakan sudah waktunya melepaskan 'ketergantungan' terhadap berat badan, untuk lebih fokus pada perilaku yang meningkatkan kesehatan kita daripada dihantui angka pada timbangan.
Ketika ada penelitian menyebutkan orang dengan berat badan lebih tinggi sering mempunyai penyakit jantung, penyebabnya bukanlah pada berat badannya. Namun demikian, tetap ada korelasi dari perspektif fisiologi dan hubungannya dengan faktor lain seperti akses ke perawatan medis.
Orang dengan berat badan lebih besar mungkin sulit mendapat perawatan medis. Bukan hanya takut pergi ke dokter, tapi juga takut dipermalukan gara-gara berat badannya.
Saat dia merasakan sejumlah gejala penyakit, dokter tidak memberi diagnosis terkait gejalanya tapi menyuruhnya menurunkan berat badan.
Ada sejumlah orang bertubuh kecil yang mengidap diabetes atau penyakit jantung, sementara ada pula sejumlah orang bertubuh besar yang sehat secara metabolik.
Pada hakikatnya, perbedaan berat badan antara satu orang dengan orang lainnya hanyalah cerminan heterogenitas genetik manusia dan bagaimana masing-masing mengatasi kelebihan kalori.
Sehatlah secara paripurna
Lalu, apa artinya sehat? Benarkah diet yang mengurangi berat badan akan membantu kita menjadi sehat? Itu tergantung pada bagian kesehatan mana yang kita prioritaskan.
Kesehatan terdiri dari banyak faktor. Menghindari penyakit adalah satu hal, tetapi begitu juga menjaga kesehatan mental, menjaga jaringan sosial aktif, cukup tidur dan mengurangi stres.
Membatasi kalori atau menghindari makanan tertentu menjadi tidak sehat secara keseluruhan jika berdampak negatif pada kesehatan mental, atau membuat kita tidak bisa menikmati waktu bersama teman dan keluarga.
Pembatasan itu bisa menurunkan berat badan tanpa memberi nutrisi yang tepat bagi tubuh. Itu berarti menurunkan berat badan juga dapat merusak kesehatan.
Jika tujuannya hanya untuk menurunkan berat badan, sebuah studi tahun 2018 menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen orang yang turun berat badannya akan kembali pada berat badannya semula dalam waktu lima tahun.
Budaya diet berhasil 'membutakan' kita dengan argumen: siapa yang sukses berdiet (turun berat badannya) akan sehat, bugar, dan mendapat pujian dari yang memandangnya.
Jika memang tujuannya untuk menjadi sehat, maka bergeraklah lebih banyak, tidurlah lebih nyenyak, kurangilah stres, berhentilah merokok, dan makanlah makanan yang dibutuhkan tubuh. Kita harus mengutamakan perilaku hidup sehat agar kesehatan kita berkelanjutan.
"Jadi jangan hanya fokus menurunkan berat badan!"
KOMENTAR ANDA